Kembali Suci Dengan Ampunan Ilahi

للهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ   اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ   أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى: الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

 Jamaah Shalat Idul Fitri rahimakumullah

Wajiblah bagi kita bersyukur kepada Allah SWT. Yang telah menganugerahkan berbagai nikmat dan karunia kepada kita, terutama nikmat Iman dan Islam serta nikmat Sehat wal’afiat. Sehingga kita masih diberi kesempatan berjumpa dengan hari raya ini, berarti kita telah melewati bulan penuh barokah, ampunan yaitu bulan Agung, Bulan Ramadhan.

Shalawat dan Salam kita sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita yang masih setia mengikuti sunnah2nya hingga yaumil qiamah.

Hadirin

Pagi ini, cahaya matahari dan alunan takbir membelah langit yang tinggi. Mengiringi syukur yang mengalir deras dari dalam sanubari. Hari ini, alam semesta bertasbih. Menyaksikan wajah-wajah yang berseri nan bersih, setelah satu bulan berpuasa karena Allah, tanpa pamrih.    Setelah satu bulan penuh kita tempuh jalan kesabaran, kini tibalah saatnya kita merayakan kemenangan dan keberkahan. Teriring kalimat doa:

  جَعَلَنَا اللَّهُ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
“Semoga kita menjadi orang yang kembali fitri dan terjamin, serta masuk dalam golongan orang-orang muttaqin.”

Di pagi ini, hati-hati yang haus akan rahmat Allah dipenuhi keceriaan yang mendalam. Dibasuh lautan ampunan dari Allah, Tuhan semesta alam. Di bawah langit yang bertasbih atas izin ilahi, kita berkumpul dalam kemenangan sejati. Bukan hanya karena menuntaskan puasa di bulan yang suci, tetapi karena berhasil menundukkan hawa nafsu untuk menjadikan diri jiwa-jiwa yang suci.

Idul Fitri bukan sekadar hari perayaan. Idul Fitri bukan hanya tentang pakaian dan berbagai aneka hidangan. Idul Fitri ini adalah momentum menguatkan tekat baja, menjadi hamba Allah yang patuh pada perintahNya dan sekuat tenaga meninggalkan segala yang dilarang Allah swt.

Idul Fitri adalah tentang hati yang kembali suci, tentang ruh yang bersujud dalam damai di hati. Merasakan kelembutan kasih sayang Allah yang Maha Abadi. Idul Fitri adalah tentang panggilan untuk kembali pada kesucian, memperkuat silaturahmi dan kebersamaan. Menanamkan kasih sayang pada mereka yang selama ini bersama dalam kehidupan. Semoga kebahagiaan ini tidak hanya berhenti di hari ini, tetapi terus menyala dalam setiap langkah kehidupan ini.

 اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Celakalah3x Sampai 3x Rasulullah menyebutkan, Sungguh Celaka. Sahabat bertanya, Siapa yang celaka Ya, Rasulullah… Rasul menjawab : Yaitu orang yang berjumpa Ramadhan sampai berlalunya bulan Ramadhan, Tetapi dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah SWT.

Di bulan Ramadhan, Allah menurunkan Rahmat-Nya sangat rendah sekali. Sehingga orang-orang yang berpuasa dengan keimanan dan keikhlasan karena Allah SWT, semua dosa-dosanya diampuni. Bulan Ramadhanlah kesempatan minta ampun, dengan berlalunya Ramadhan berarti belalu pula kesempatan emas itu. Diampuni segala dosa sampai tak tersisa, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Ada yang bertanya, tahun depan kan bakal datang lagi. Ya, sebelum kiamat, Ramadhan akan datang terus setiap tahunnya. Tahun depan Ramadhan pasti datang, tapi kita belum tentu berjumpa dengan Ramadhan. Banyak saudara kita yang tidak diberi kesempatan berjumpa Ramadhan di tahun ini. Berapa banyak tetangga kita yang baru beberapa hari Ramadhan sdah meninggal. Dan, ada pula sebagian orang yang diberikan kesempatan tapi tidak mengisi Ramadhan dengan baik. Yang terakhir Inilah yang merugi, inilah oarng yang celaka sebagaimana yang disampaikan nabi diatas. Diberi kesempatan jumpa dengan bulan yang agung, tapi tidak menjalankan puasa dengan sempurna. Ramadhan dianggap becanda, biasa saja.

اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Untuk mewujudkan kesucian diri karena dihapuskannya semua dosa, ada dua hal yang perlu kita pahami dan tancapkan dalam hati dan sukma. Pertama adalah penguatan dimensi vertikal kepada Allah SWT, melalui penguatan ibadah dan meraih ampunan atas segala dosa. Kedua adalah penguatan dimensi horisontal kepada sesama manusia, melalui kepekaan sosial dan senantiasa menebar kebaikan dan cinta.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

   وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

 Artinya, “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Surat Ali Imran ayat 133).

Dilanjutkan dengan:

  الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

Artinya, “(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Surat Ali Imran ayat 134).

Dari ayat ini kita diingatkan cara untuk menyucikan jiwa. Langkah pertama untuk meraihnya adalah kita diperintahkan untuk bersegera meraih ampunan dan surga-Nya. Bentuk ikhtiar meraih ampunan-Nya, telah kita lakukan selama satu bulan penuh. Berpuasa menjalankan perintah Allah dengan hati yang kukuh. Iman dan takwa juga terus kita semai untuk memastikan ibadah kita senantiasa utuh.    sebagaimana hadits Rasulullah dari Abu Hurairah:

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa masa lalunya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

  اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Langkah kedua untuk mensucikan diri adalah kita harus menguatkan ibadah sosial dengan sedekah, infak, dan zakat. Ibadah ini tidak hanya dilakukan saat kita dalam kondisi finansial kuat, tidak menunggu kaya. Namun harus dilakukan saat orang lain membutuhkan dan bahkan di saat susah sekalipun sebagai wujud taat kepada Allah sang pemberi nikmat.

Kita harus yakin bahwa berbagi tidaklah sama sekali akan mengurangi harta kita. Sebaliknya, dengan berbagi maka hakikatnya Allah sedang menambah apa yang kita punya. Zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan puasa dan zakat mal untuk menyucikan jiwa kita, adalah wujud kesadaran jiwa, bahwa semua yang kita punya adalah milik Allah swt dan akan kembali kepada-Nya.

Hal ini sekaligus menyadarkan kita bahwa ada hak orang lain di dalamnya, semua bukan milik kita dan tak akan di bawa saat kita meninggalkan dunia. Hanya dengan cara berbuat baik dengan harta yang disedekahkan kepada sesama, harta kita akan memberi manfaat saat kita sudah kembali kepada Allah swt.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم قَالَ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ

Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya kepada saudaranya,)kecuali kemuliaan di dunia dan akhirat, serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat’.” (HR Muslim).

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Dalam surat Ali Imran ayat 134, Allah juga memerintahkan, agar kita senantiasa mengendalikan amarah dan suka memaafkan kesalahan. Karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Ramadhan dan Idul Fitri menjadi momentum pembuktian.

Jika masih ada orang yang tersakiti, terzalimi dan belum memaafkan kesalahan kita, hal inilah salah satu penyebab dosa kita belum diampuni Allah SWT.

Mari jadikan Idul Fitri kali ini, Idul Fitri kita yang terbaik bagi kita untuk saling memaafkan segala kesalahan, dan memohon untuk dimaafkan. hilangkan dendam, hilangkan dengki dan penyakit hati lainnya. Hilangkan amarah dan mulailah dengan kebaikan baik kepada tetangga, teman, saudara dan kerabat.

Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita, yang telah melahirkan kita ke dunia. kata-kata dan tindakan yang menyakiti orang tua tentu akan mengganjal doa-doa kita belum terijabah dan dosa-dosa kita belum diampuni.

Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus terus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia.

Saat ini usia orang tua kita terus bertambah. Fisik mereka pun semakin lemah. Raih kedua tangan mereka yang sudah mulai keriput namun penuh dengan berkah. Cium tangan mereka, peluk erat tubuhnya. Minta maaflah kepada mereka dengan setulus hati dan jiwa. Percayalah, sesukses apapun kiprah kita di dunia, tidak ada apa-apanya di hadapan mereka. Merekalah yang telah menjadikan kita mampu meraih ini semua.

Berbakti ini tidak hanya saat mereka hidup di dunia. Bagi orang tuanya yang sudah meninggal dunia, bukan berarti selesai bakti kita kepada mereka. Ziarahi makamnya. Berdoalah kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan menerima amal ibadahnya. Bukan harta, jabatan, dan materi dunia yang mereka harapkan dari anak-anaknya.

Namun untaian doa dan kebaikan para penerusnya yang mereka nanti-nantikan di alam kuburnya. Semoga Allah swt menerima amal ibadahnya dan mengampuni dosa-dosanya. Semoga Allah menerima doa-doa kita untuk orang tua kita. Amin.

  اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah

Demikianlah Khutbah Idul Fitri kali ini, semoga bisa kita resapi dan kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga Allah senantiasa mempertahankan kesucian kita di Hari Raya Idul Fitri seperti bayi yang terlahir kembali. Amin.

Khutbah II

 اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ   عِبَادَ اللهِ،

 إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Keberkahan Seorang Muslim – Khutbah Jum’at

Oleh : Jamal Fauzi

 Khutbah Pertama

 إِنَّ الْحَمْد لِله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِالِله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِ’ئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اُلله فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اُلله وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَ ِ’ل وَسَلِ’مْ عَلَى نَبِيِ’نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اِلله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اِلله عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اَلله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اَّللََّ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اَّللََّ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝٩٦.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada kita. Di antaranya, terbukti Allah memudahkan kita mendatangi panggilan-Nya pada siang hari yang mulia ini.

Shalawat dan salam, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa curahkan kepada baginda Nabi besar, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para shahabatnya, serta ummatnya yang konsisten dan komitmen dengan sunnahnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Marilah kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

Salah satu permohonan yang dipanjatkan oleh seorang muslim adalah bagaimana hidupnya menjadi berkah. salah satu makna dari berkah adalah “ziyadatul khoir” bertambah kebaikan. Hidup dikatakan berkah ketika banyak memberikan kebaikan dan bermanfaat untuk orang banyak.

Ingatkah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan mukjizat kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam yangmana beliau mampu berbicara sewaktu masih bayi di hadapan kaumnya? Salah satu perkataan Nabi Isa ‘Alaihissalam kala itu adalah, bahwa beliau adalah seorang Nabi yang diutus untuk memberikan keberkahan kepada orang di sekitarnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِۗ اٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّاۙ

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّاۖ

 “Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang Nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) sholat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku’.” (QS. Maryam: 30-31).

Para ahli tafsir menjelaskan kenapa Nabi Isa ‘Alaihissalam disifati seorang Nabi yang penuh berkah dimanapun dia berada? Alasan pertama: Karena Nabi Isa ‘Alaihissalam selalu mengajarkan kebaikan dimanapun dia berada. Alasan kedua: Karena Nabi Isa ‘Alaihissalam adalah Nabi yang selalu memenuhi kebutuhan orang-orang yang ada di sekitarnya, bermanfaat untuk orang di sekitarnya.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

 Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan perumpamaan keberkahan seorang muslim seperti pohon kurma. Dalam suatu riwayat dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ

“Ada salah satu pohon yang keberkahnya seperti keberkahan seorang muslim.” (HR. Bukhari).

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan pohon yang di maksud adalah pohon kurma.

Para Ulama menjelaskan bahwa keberkahan pohon kurma itu dikarenakan semua bagian- bagiannya bermanfaat. Seluruh bagian dari pohon kurma itu bisa diambil faedahnya, tidak ada yang terbuang. Mulai dari daun, batang, buah, bahkan sampai bijinya bermanfaat.

Maka begitu pun seharusnya seorang muslim. Dimanapun berada memberikan manfaat untuk orang di sekitarnya. Memberikan keberkahan pada setiap keadaan dan terus-menerus, bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang lain.

Demikian juga di dalam banyak hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa, di antara tanda kebaikan adalah terkait dengan berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain.

Suami terbaik adalah suami yang paling baik kepada istrinya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Rodhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لَأهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لَأهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At-Tirmidzi).

Mengenai teman dan tetangga yang baik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

. خَيْرُ لَْاصْحَابِ عِنْدَ اِلله خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاِلله خَيْرُهُمْ لِجَارِه – ١٠٣

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap tetangganya.” (Sunan Al-Tirmidzi, no.2070).

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

 Dalam hadits yang lain, seorang muslim yang berkah, dia akan diharapkan kebaikannya dan jauh dari keburukan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَّللَِّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَفَ عَلَى أُنَاسٍ جُلُوسٍ فَقَالَ « أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَ ِ’ركُمْ .» قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اَّللَِّ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَ ِ’رنَا. قَالَ « خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ »… رواه الترمذى

“Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri di hadapan beberapa orang, lalu bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahukan sebaik-baik dan seburuk-buruk orang dari kalian?’ Mereka terdiam, dan Nabi bertanya seperti itu tiga kali, lalu ada seorang yang berkata, ‘Iya, kami mau wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami sebaik-baik dan seburuk-buruk kami.’ Beliau bersabda, “Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan sedangkan keburukannya terjaga’…” (Hadits Riwayat Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 2603).

Bahkan, di antara tanda keberkahan seorang muslim adalah Allah akan hiasi akhir hidupnya dengan banyak beramal kebaikan. Disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ath- Thabrani, Imam Ahmad, dan lainnya, bahwa Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اَّللَُّ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ ” , قِيلَ : وَمَا اسْتَعْمَلَهُ ؟ قَالَ : ” يُفْتَحُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ بَيْنَ يَدَيْ مَوْتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ مَنْ حَوْلَهُ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Lalu para shahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal, wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dijadikan dia beramal shalih di akhir hayatnya, sehingga menjadi ridho kepadanya orang-orang yang ada di sekitarnya.”

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

 Maka, mari kita terus berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, berusaha bermanfaat untuk orang di sekitar kita dengan apapun yang kita punya. Baik dengan ilmu kita, atau harta kita, atau jabatan kita, atau bahkan dengan fisik kita.  Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala

menggolongkan kita termasuk muslim yang penuh dengan keberkahan. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اَلله لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُ ِ’ل ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

 الْحَمْدُ لِله وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ

عِبَادَ اِلله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اِلله عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِالِله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اَلله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

إِنَّ اَّللََّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِ ‘يِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِ’مُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَ ِ’ل عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الَأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالَأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِ’فْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَ ِ ‘جنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِ’بْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُ ِ’ريَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُ ِ’ريَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْخِْرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اُلله عَلَى نَبِيِ’نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و مََنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الد’يْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَ ‘بِ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اِلله، إِنَّ اَلله يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالِإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاذْكُرُوْا اَلله الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Solusi Hadapi Hinaan – Khutbah Jum’at

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْإِيْمَانِ، الْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، اَلْعَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا تَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ   أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْإِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada kita, di antaranya terbukti Allah memudahkan kita mendatangi panggilan-Nya pada siang hari yang mulia ini. Shalawat dan salam, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada baginda Nabi besar, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para shahabatnya, serta ummatnya yang konsisten dan komitmen dengan sunnahnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Mari kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Di dalam hidup ini, kita terkadang dihina oleh orang lain, dan terkadang lisan kita khilaf menghina orang lain. Orang beriman harus bisa mengolah setiap pujian maupun hinaan agar menjadi energi positif bertambahnya iman dan taqwa serta berbuah pahala.

Terkadang hinaan itu datang dari lisan orang-orang kafir, namun terkadang hinaan itu juga datang dari lisan orang-orang yang muslim. Berkaitan dengan hinaan pula, hal itu juga pernah terjadi di kalangan istri-istri Nabi dan para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Ali Imran ayat 186:

۟ا  لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

“Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang- orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Ayat ini (surat Ali Imran ayat 186) mengandung pesan bagi orang- orang yang beriman, agar mereka mempersiapkan diri mereka mengahadapi ujian yang mungkin akan mereka temui dalam hidupnya. Ujian yang berupa harta, ujian yang berupa hawa nafsu, serta berbagai bentuk gangguan dan cobaan dari orang- orang kafir. Sehingga, ketika ujian itu datang secara tiba-tiba, mereka sudah siap untuk menghadapinya, tidak merasa terbebani dan merasa berat karenanya. Kemudian, di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan solusi dalam menghadapi setiap ujian tersebut.

Apa solusi yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan dalam menghadapi ujian tersebut?

Ada 3 solusi yang harus dilakukan bagi seorang mukmin dalam menghadapi setiap ujian, dan lebih khusus mengenai ujian berupa hinaan.

  1. Solusi pertama,

Bersikap sabar ketika orang lain menghina kita, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan terbaik bagi orang- orang yang mampu bersabar dengan kemenangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Mukminun ayat 111:

اِنِّيْ جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوْٓاۙ اَنَّهُمْ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ

“Sesungguhnya pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

  1. Solusi kedua, meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak tasbih dan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Hijr ayat 97-99:

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّكَ يَضِيْقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُوْلُوْنَۙ ۝٩ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَۙ ۝٩ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنࣖ ۝٩

 “Sungguh, Kami benar-benar mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit (gundah dan sedih) disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, jadilah engkau termasuk orang-orang yang sujud (sholat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian).”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

  1. Solusi ketiga, meningkatkan keyakinan bahwa Allah tidak pernah tidur dan terus mengawasi makhluk-Nya.

لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

“Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur.”

Setiap orang akan memanen omongannya sendiri. Dari Mu’adz bin Jabal Rahimahullah, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi).

Abdullah bin Masud Rahimahullah juga berkata:

“Musibah itu terwakili dengan perkataan.

Terkadang ujian yang menimpa kita karena omongan kita sendiri yang merendahkan orang lain. Orang-orang yang suka menghina, maka Allah akan uji dia dengan hinaan yang sama. Maka, hendaknya kita berhati-hati dalam berkata, berhati-hati dalam menilai orang lain, berhati-hati dalam memberi gelar dan julukan kepada orang lain. Bisa jadi julukan yang kita buat untuk orang lain menjadi dosa jariyah dan mendatangkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Semoga kita mampu menjaga lisan-lisan kita dari berkata buruk dan menghina orang lain. Semoga kita mampu bersabar dalam menghadapi setiap ujian dengan melaksanakan 3 solusi sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

بِارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Jamal Fauzi
Pengurus Pondok Modern Daarul Hikmah

APA ITU HARI TASYRIK ⁉️

(Wardah-Online)

Istilah tasyrik diambil dari kata [شرقت الشمش] yang artinya matahari terbit. Menjemur sesuatu, dalam bahasa Arab dinyatakan: [شَرَّقَ الشَيْءَ لِلشَّمْشِ].

Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Ada juga yang menyatakan, bahwa hari tasyrik meliputi empat hari, hari Idul Adha dan 3 hari setelahnya.

Dari Nubaisyah Al Hudzali, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141)

Hari tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha (hari nahr).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hari tasyrik adalah tiga hari setelah Idul Adha (yaitu 11, 12, 13 Dzulhijjah). Disebut tasyrik karena tasyrik itu berarti mendendeng atau menjemur daging qurban di terik matahari. Dalam hadits disebutkan, hari tasyrik adalah hari untuk memperbanyak dzikir yaitu takbir dan lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 18).

Nah itulah kenapa disebut hari tasyrik, maksudnya adalah menjemur daging qurban di terik matahari karena di masa silam tidak ada pendingin atau freezer seperti saat ini. Yang ada biar daging itu awet, daging tersebut dijemur atau didendeng.

Santri PMDH sedang mengolah daging Qurban

Kalau hari tasyrik disebut hari makan dan minum berarti ketika itu tidak dibolehkan untuk berpuasa apa pun di hari-hari tersebut (11, 12, 13 Dzulhijjah). Inilah pendapat yang lebih dikuatkan dalam madzhab Syafi’i. (Lihat Idem).

Misal untuk puasa Senin Kamis, puasa Daud, dan puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Hijriyah), bagaimana hukumnya?

Dikecualikan bagi yang berhaji dengan mengambil manasik tamattu’ dan qiron lalu ia tidak mendapati hadyu (hewan kurban yang disembelih di tanah haram), maka ketika itu ia boleh berpuasa pada hari tasyriq.

Dari Ibnu ‘Umar dan ‘Aisyah berkata,

“Tidak diberi keringanan di hari tasyriq untuk berpuasa kecuali jika tidak didapati hewan hadyu.” (HR. Bukhari no. 1998)

Inilah pendapat dalam madzhab Syafi’i yang jaded dan menjadi pendapat Hambali.

Ibnu ‘Umar, ‘Aisyah, Al Auza’i, Malik, Ahmad dan Ishaq dalam salah satu pendapatnya bersikap akan bolehnya puasa bagi jamaah haji yang melakukan haji tamattu’ -saat tidak memiliki hewan hadyu untuk diqurbankan-. Begitu pula pendapat Imam Syafi’i yang qadim (yang lama) membolehkannya.

Di halaman sebelumnya, Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, “Pendapat yang terkuat menurut ulama Syafi’iyah bahwa yang jadi pegangan adalah pendapat Imam Syafi’i yang jadid (yang baru) yaitu tidak boleh berpuasa pada hari tasyrik baik untuk jamaah haji yang menjalankan manasik tamattu’ atau selain mereka.

Namun pendapat yang kuat bahwa puasa bagi jamaah haji yang menjalankan tamattu’ dibolehkan dan dikatakan sah. Karena ada hadits yang meringankan puasa seperti ini. Itulah pendapat yang didukung oleh hadits yang lebih tegas dan tak perlu berpaling pada selain pendapat ini.” (Al Majmu’, 6: 313).

?Keutamaan Hari Tasyrik.

Allah berfirman,

“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203).

Yang dimaksud dengan “hari-hari yang terbilang” adalah tiga hari setelah Idul Adha, yaitu hari tasyrik. Ini merupakan pendapat Ibnu Umar dan mayoritas ulama. Sementara Ibnu Abbas dan Atha berpendapat bahwa “hari-hari yang terbilang” jumlahnya empat hari; Idul Adha dan 3 hari setelahnya. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 314).

Allah Ta’ala mengistimewakan hari tasyrik, dengan Allah jadikan hari ini sebagai waktu istimewa untuk berdzikir. Sehingga Allah perintahkan kaum muslimin untuk memperbanyak dzikir di hari ini.

Dalam hadis dari Abdullah bin Qurth radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari qurban (Idul Adha) kemudian hari al-qarr.” (HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866, dan dishahihkan al-Albani. Al-A’dzami mengatakan dalam Ta’liq Shahih Ibn Khuzaimah: Sanadnya Sahih).

Yang dimaksud hari ‘al-qarr’ adalah tanggal 11 Dzulhijjah. Ini berdasarkan keterangan Ibnu Khuzaimah, bahwa Abu Bakar mengatakan yang artinya :

“Hari ‘al-qarr’ adalah hari kedua setelah hari qurban”

 

? Amalan di Hari Tasyrik.

Mengingat keistimewaan hari tasyrik, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita maksimalkan upaya untuk mendapatkan limpahan rahmat dan pahala dari Allah di hari itu. Berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Memperbanyak amal soleh dan berbagai bentuk ibadah kepada Allah. Hanya saja, ada beberapa amal yang disyariatkan untuk dilakukan di hari tasyrik:

1.) Anjuran memperbanyak berdzikir

Allah berfirman yang artinya :

“Ingatlah Allah di hari-hari yang terbilang.” (QS. Al-Baqarah: 203). Yaitu di hari tasyrik.

Dari Nubaisyah al-Hudzali radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :

“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).

Menyemarakkan dzikir pada hari tasyrik, bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, diantaranya (Lathaiful Ma’arif, 504 – 505):

Melakukan Takbiran setiap selesai shalat wajib. Ini sebagaimana yang dilakukan para sahabat. Sebagaimana praktek Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah dzuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi dan sanadnya dishahihkan al-Albani)

Demikian juga dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau juga bertakbir setelah ashar. (HR. Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi. Al-Albani mengatakan: “Shahih dari Ali”).

Mengingat Allah dan berdzikir ketika menyembelih. Karena penyembelihan qurban, bisa dilaksanakan sampai hari tasyrik berakhir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :

“Di setiap hari tasyrik, boleh menyembelih.” (HR. Ahmad, ibn Hibban, Ad-Daruquthni, dan yang lainnya).

Mengingat Allah dengan membaca basmalah sebelum makan dan hamdalah setelah makan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya :

“Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba yang makan sesuap makanan kemudian memuji Allah, atau minum seteguk air dan memuji Allah karenanya.” (HR. Muslim 2734)

Mengingat Allah dengan melantunkan takbir ketika melempar jumrah di hari tasyrik. Yang hanya dilakukan jamaah haji.

Mengingat Allah dengan memperbanyak takbiran secara mutlak, di manapun dan kapanpun. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar radhiyallahu ‘anhu. Beliau melakukan takbiran di kemahnya di Mina, kemudian diikuti oleh banyak orang, sehingga Mina bergetar karena gema takbir. (HR. Bukhari sebelum hadis no.970)

2).memperbanyak berdoa kepada Allah

Sebagian ulama menganjurkan untuk memperbanyak berdoa di hari ini. Ikrimah (murid Ibn Abbas) mengatakan yang artinya :

Doa berikut dianjurkan untuk dibaca pada hari tasyrik:

RABBANAA  AATINAA  FID-DUN-YAA HASANAH WA FIL AA-KHIRATI HASANAH, WA QINAA ADZAABAN-NAAR. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 505).

Doa ini kita kenal dengan doa sapu jagad. Dan memang demikian, doa ini dianggap sebagai doa yang isinya mengumpulkan semua bentuk kebaikan dan menolak semua bentuk keburukan. Karena itulah, doa ini menjadi pilihan yang sangat sering dilantunkan oleh manusia terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Anas bin Malik mengatakan yang artinya :

Doa yang paling banyak dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah RABBANAA  AATINAA  FID-DUN-YAA HASANAH dst..

Disamping itu, doa merupakan bentuk mengingat Allah yang sangat agung. Berisi pujian dan harapan manusia kepada Tuhannya. Sehingga, hari ini menjadi hari yang istimewa untuk memperbanyak doa.

Ziyad Al-Jasshas meriwayatkan dari Abu Kinanah al-Qurasyi, bahwa beliau mendengar Abu Musa al-Asy’ari berceramah dalam khutbahnya ketika Idul Adha:

Setelah hari raya qurban ada tiga hari, dimana Allah menyebutnya sebagai al-Ayyam al-Ma’dudat (hari-hari yang terbilang), doa pada hari-hari ini, tidak akan ditolak. Karena itu, perbesarlah harapan kalian. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 506).

 

#Batas Maksimal Boleh Menyimpan Daging Qurban

Ulama berbeda pendapat tentang hukum menyimpan daging qurban  melebihi hari tasyrik.

#Pendapat pertama, dilarang menyimpan dan mengawetkan daging qurban melebih 3 hari Tasyriq. Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhum.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah ketika shalat idul adha,  melarang menyimpan daging qurban lebih dari 3 hari. Dari Abu Ubaid mantan budak Ibnu Azhar  beliau menceritakan,

Saya pernah shalat id bersama Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Beliau shalat sebelum khutbah. Kemudian beliau berkhutbah, mengingat masyarakat.

Beliau menyampaikan,

‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kalian untuk makan daging qurban kalian lebih dari 3 hari. Karena itu, janganlah kalian makan (lebih dari 3 hari).’ (HR. Muslim 5210, dan Nasai 4442).

Sementara riwayat dari Ibnu Umar, bahwa beliau tidak mau makan daging qurban yang disimpan lebih dari 3 hari. Dari Salim  putra Ibnu Umar bahwa Ibnu Umar mengatakan,

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang makan daging sembelihan lebih dari 3 hari.

Salim menceritakan kondisi bapaknya,

Karena itu, Ibnu Umar tidak mau makan daging qurban lebih dari 3 hari. (HR. Muslim 5214 dan Ibnu Hibban 5924).

#Pendapat kedua, boleh menyimpan dagig qurban lebbih dari 3 hari tasyriq. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, empat imam madzhab, dan selainnya.

Diantaranya diriwayatkan dari A’isyah Radhiyallahu ‘anha. Dari Abdurrahman bin Abis dari ayahnya, bahwa beliau pernah bertanya kepada A’isyah,

‘Benarkah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang makan daging qurban lebih dari 3 hari?’

 

◼️Jawab A’isyah,

Beliau hanya melarang hal itu karena kelaparan yang dialami sebagian masyarakat. sehingga beliau ingin agar orang yang kaya memberikan makanan (daging qurban) kepada orang miskin. Karena kami menyimpan dan mengambili daging paha kambing, lalu kami memakannya setelah 15 hari. (HR. Bukhari 5107).

Diantara dalil pendapat ini adalah bahwa larangan makan daging qurban lebih dari 3 hari itu sudah dihapus. Ada beberapa hadis yang menunjukkan hal itu, diantaranya,

1). Hadis dari Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang menyembelih hewan qurban, janganlah dia menyisakan sedikitpun dagingnya di dalam rumahnya setelah hari (Tasyriq) yang ketiga (tanggal 13 Dzulhijjah).” Ketika tiba hari raya qurban tahun berikutnya, mereka (para sahabat) bertanya;

“Wahai Rasulullah, apakah kami melakukan sebagaimana tahun lalu?” Beliu menjawab: “(Tidak), untuk sekarang, silahkan kalian makan, berikan kepada yang lain, dan silahkan menyimpannya. Karena sesungguhnya pada tahun lalu manusia ditimpa kesulitan (kelaparan), sehingga aku ingin kalian membantu mereka (yang membutuhkan makanan, pent)”. (HR. Bukhari no. 5249, dan Muslim no.1974).

2). Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai penduduk kota Madinah, Janganlah kalian makan daging qurban melebihi tiga hari (Tasyriq, tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, pent)”. Mereka mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka memiliki keluarga, sejumlah orang (kerabat) dan pembantu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Kalau begitu) silakan kalian memakannya, memberikannya kepada yang lain, menahannya atau menyimpannya.” (HR. Muslim no.1973).

 

? Sanggahan:

Sebagian ulama memahami riwayat Ali bin Abi Thalib di atas bahwa ada kemungkinan Ali tidak mendengar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menghapus hukum larangan memakan daging qurban lebih dari 3 hari. (al-I’tibar fi Nasikh wa Mansukh, hlm. 297)

Berdasarkan keterangan di atas, tidak masalah seseorang menyimpan daging qurbannya. Dan dalam hal ini tidak ada batas maksimal penyimpanan. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan batas waktu maksimal penyimpanan hasil qurban itu.

Demikian, semoga Allah memudahkan kita untuk senantiasa istiqamah dalam menggapai ampunan-Nya.

#Kesimpulannya, tidak dibolehkan melakukan puasa sunnah di hari tasyrik termasuk puasa Senin Kamis dan puasa Ayyamul Bidh. Adapun puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Hijriyah) bisa diganti dengan puasa tiga hari setiap bulannya di hari lainnya di bulan Dzulhijjah.

Wallahu Ta’ala a’lam.

Selamat menikmati daging qurban dengan berbagai macam menu spesial. Semoga hari tasyrik menjadi hari penuh berkah. [uj]

Teee… Sattte….

Dalam Perintah Ada Hadiah, Sebelum Hadiah Ada Ujian

Oleh : Jamal Fauzi

[PMDH Online] Syariat atau ajaran Islam berisi tentang perintah dan larangan sebagai bentuk ujian ketaatan kita sebagai hamba Allah.
Allah yang maha bijaksana menyediakan hadiah bagi orang yang mengikuti perintah dan menjauhi larangan tersebut.

Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepadamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” At Talaq ayat 5.

Dalam setiap perintah Allah ada ujian sehingga barang siapa mampu menjalankan perintah dan kuat dalam ujian akan mendapatkan hadiah berlipat ganda, namun kebanyakan dari kita gagal dalam menjalankan perintah tersebut atau bahkan tidak berminat untuk menjalankannya. Tak sedikit yg menjalankan, namun gagal dalam menghadapi ujiannya.

Allah perintahkan kita menyantuni anak yatim, namun banyak anak yatim yang agak bandel hingga membuat kita kesal. Allah perintahkan kita bersedekah kepada orang kurang mampu, namun terkadang sikap yang akan disantuni tak berbudi.

Allah perintahkan taat kepada pemimpin, namun Allah buka kekurangan para pemimpin hingga kita serasa enggan untuk taat. Allah perintahkan menghormati ulama, ustadz, kyai, namun Allah tunjukan khilaf mereka hingga kita mengabaikan nasehatnya.

Allah perintahkan banyak ibadah dan berdoa, namun di pertontonkan dihadapan kita yang taat hidup kekurangan yang fasik bergelimang harta, hingga kita ragu untuk berdoa dan taat kepada-Nya.
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al Mulk: 1-2)

Padaha itu semua adalah ujian, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ  بَسَطَ  اللّٰهُ  الرِّزْقَ  لِعِبَا دِهٖ  لَبَغَوْا  فِى  الْاَ رْضِ  وَلٰكِنْ  يُّنَزِّلُ  بِقَدَرٍ  مَّا  يَشَآءُ  ۗ اِنَّهٗ  بِعِبَا دِهٖ  خَبِيْرٌۢ  بَصِيْرٌ

“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.”
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 27)

Demikianlah keagungan Allah, dalam memberi perintah disertai ujian dan godaan, namun barang siapa bisa menghadapi ujian tersebut maka Allah berikan hadiah berupa pahala yang berlipat.

Karena itu wahai sahabatku, fokuslah dengan perintahnya, jangan terjerumus dengan godaannya, urusan kita dengan Allah bukan dengan siapapun yang menjadi obyek dalam perintah tersebut. Ini akan melatih kita menjadi khusu’ dalam beribadah kepada Allah.

Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” (HR. At Tirmidzi).

Semoga kita semua menjadi orang yang lebih taat kepada Allah dan lebih manfaat kepada manusia, aamiin. (AAA-UJ)

Takabbur Sifat Tercela // Khutbah Singkat

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

َاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak, sungguh Allah Maha menutup aib hamba-hamba-Nya.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri ra.

كُلٌّ مَعْصِيَةٍ عنْ شَهْوَةٍ فاِنَّه يُرْجٰى غُفْرَانُهَا كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرٍ فَاِنَّهُ لَايُرْجٰى غفْرَانُهَا لِأنَّ مَعْصِيَةَ اِبْليسَ كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الكِبَرِ وزَلَةَ كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ

 

Setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, itu masih dapat diharapkan ampunannya. Tetapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa takabbur, maka jangan diharapkan ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabbur, sedang kesalahannya (Adam As) itu adalah memperturutkan hawa nafsu.”

Takabur merupakan salah satu sifat tercela yang harus dihindari. Sifat ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Takabur adalah sifat yang mencerminkan kesombongan atau keangkuhan yang berlebihan. Sifat ini sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai sesuatu yang tidak dianjurkan. Allah SWT pun tidak menyukai orang-orang yang takabur.

Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 18,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨

Artiny: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 34,

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ ٣٤

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.14) Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.”

Hadirin Rahimakumullah,

ciri dari sikap takabur yaitu,
1. Memuji Diri Sendiri
Biasanya, orang yang memiliki sifat takabur akan memuji dirinya sendiri atas kelebihan yang dimilikinya.
2. Merendahkan dan Meremehkan Orang Lain
Ciri-ciri takabur lainnya adalah merasa dirinya paling hebat, sehingga ia tidak mau menerima kebenaran atau sudut pandang lain yang merendahkan dirinya.
3. Mencela dan Membesar-besarkan Kesalahan
Orang yang memiliki sifat takabur akan menganggap dirinya paling benar. Dia akan mencela orang yang dia anggap rendah.
4. Mudah Emosi
Emosi orang yang memiliki sifat takabur akan mudah terpancing jika pendapatnya tidak diikuti orang lain. Dia juga tidak menerima kritik atau saran meskipun pendapatnya kurang tepat.
Menghindari takabur adalah langkah penting dalam meningkatkan diri untuk beribadah kepada Allah SWT.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Berbahagia

beberapa cara menghindari takabur yaitu,
1. Memiliki Sikap Rendah Hati
Rendah hati merupakan sikap mulia yang tidak mau menonjolkan diri meskipun memiliki kelebihan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawadhu hingga tidak ada seorang pun yang menganiaya orang lain dan tidak seorang pun menyombongkan diri atas orang lain.” (HR Muslim)

Dan Sabda Nabi yang lain “Barang siapa tawadhu karena Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya. Barang siapa takabur maka Allah akan merendahkan derajatnya.” (HR Al-Bazzar dan Thabrani)

2. Bersyukur
Menghargai dan bersyukur atas semua berkah yang diberikan oleh Allah SWT adalah cara untuk menghindari takabur. Menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah anugerah dari Allah SWT membantu menjaga hati yang rendah hati.

3. Menghormati Orang Lain
Seseorang dapat menghindari sifat takabur dengan cara menghormati orang lain dalam hal apa pun. Dengan menerima kritik dengan lapang dada akan membuat seseorang merasa dihormati.

Hadirin Rahimakumullah

Semoga Kita terhindar dari sifat takabbur dan memperturutkan hawa nafsu yang akan menjerumuskan kita ke dalam api neraka.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ

 ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

UNTUK SIAPA AMALMU?

Jika kalian berbuat ihsan, maka itu untuk kalian. Dan jika kalian berbuat buruk, itupun untuk kalian juga.” (Al Israa: 7).

Amal sholeh tidak menguntungkan Alloh. Maksiat hamba pun tidak merugikan Alloh. Disana ada manusia yang sengaja memaksiati Alloh. Ia tak mau shalat. Tidak berpuasa ramadhan. Tidak menunaikan zakat dan infak. Ia menyangka telah merugikan Robbnya. Padahal, kemaksiatan itu merugikan dirinya sendiri.

Sebaliknya..
Disana ada orang yang bangga dengan ketaatannya. Ia merasa mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Alloh. Ia memandang telah berjasa kepada Alloh. Dengan membela agamaNya. Dengan ketaatan dan amalan shalih. Ia pun menjadi angkuh karenanya. Padahal, kalau bukan karena Alloh yang memberinya kekuatan. Tentu ia akan tersesat jalan.

Sahabat,
ketaatan yang menimbulkan keangkuhan, lebih buruk dari pada maksiat yang menimbulkan taubat dan ketundukan..

Alloh Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
(Q.S. Ad Dzaariyaat : 56)

Saudaraku..
Ibadah adalah konsekuensi sebagai manusia yang memiliki Tuhan / Robb (Alloh). Bukan untuk menjadikan kita berbangga diri akan amal sholeh yang dilakukan, apalagi melakukan maksiat yang akan membuat kita semakin jauh kepada Alloh.

Semoga Bermanfa’at

Ingat jangan lupa gedor dgn dzikir,…[ssht-uj]