Keberkahan Seorang Muslim – Khutbah Jum’at

Oleh : Jamal Fauzi

 Khutbah Pertama

 إِنَّ الْحَمْد لِله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِالِله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِ’ئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اُلله فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمْنْ يَضْلُلُ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اُلله وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَللَّهُمَّ صَ ِ’ل وَسَلِ’مْ عَلَى نَبِيِ’نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اِلله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اِلله عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اَلله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اَّللََّ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اَّللََّ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝٩٦.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada kita. Di antaranya, terbukti Allah memudahkan kita mendatangi panggilan-Nya pada siang hari yang mulia ini.

Shalawat dan salam, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa curahkan kepada baginda Nabi besar, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para shahabatnya, serta ummatnya yang konsisten dan komitmen dengan sunnahnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Marilah kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

Salah satu permohonan yang dipanjatkan oleh seorang muslim adalah bagaimana hidupnya menjadi berkah. salah satu makna dari berkah adalah “ziyadatul khoir” bertambah kebaikan. Hidup dikatakan berkah ketika banyak memberikan kebaikan dan bermanfaat untuk orang banyak.

Ingatkah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan mukjizat kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam yangmana beliau mampu berbicara sewaktu masih bayi di hadapan kaumnya? Salah satu perkataan Nabi Isa ‘Alaihissalam kala itu adalah, bahwa beliau adalah seorang Nabi yang diutus untuk memberikan keberkahan kepada orang di sekitarnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِۗ اٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّاۙ

وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّاۖ

 “Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang Nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) sholat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku’.” (QS. Maryam: 30-31).

Para ahli tafsir menjelaskan kenapa Nabi Isa ‘Alaihissalam disifati seorang Nabi yang penuh berkah dimanapun dia berada? Alasan pertama: Karena Nabi Isa ‘Alaihissalam selalu mengajarkan kebaikan dimanapun dia berada. Alasan kedua: Karena Nabi Isa ‘Alaihissalam adalah Nabi yang selalu memenuhi kebutuhan orang-orang yang ada di sekitarnya, bermanfaat untuk orang di sekitarnya.

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

 Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan perumpamaan keberkahan seorang muslim seperti pohon kurma. Dalam suatu riwayat dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ الْمُسْلِمِ

“Ada salah satu pohon yang keberkahnya seperti keberkahan seorang muslim.” (HR. Bukhari).

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan pohon yang di maksud adalah pohon kurma.

Para Ulama menjelaskan bahwa keberkahan pohon kurma itu dikarenakan semua bagian- bagiannya bermanfaat. Seluruh bagian dari pohon kurma itu bisa diambil faedahnya, tidak ada yang terbuang. Mulai dari daun, batang, buah, bahkan sampai bijinya bermanfaat.

Maka begitu pun seharusnya seorang muslim. Dimanapun berada memberikan manfaat untuk orang di sekitarnya. Memberikan keberkahan pada setiap keadaan dan terus-menerus, bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang lain.

Demikian juga di dalam banyak hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa, di antara tanda kebaikan adalah terkait dengan berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain.

Suami terbaik adalah suami yang paling baik kepada istrinya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Rodhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لَأهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لَأهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At-Tirmidzi).

Mengenai teman dan tetangga yang baik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

. خَيْرُ لَْاصْحَابِ عِنْدَ اِلله خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاِلله خَيْرُهُمْ لِجَارِه – ١٠٣

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap tetangganya.” (Sunan Al-Tirmidzi, no.2070).

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

 Dalam hadits yang lain, seorang muslim yang berkah, dia akan diharapkan kebaikannya dan jauh dari keburukan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَّللَِّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَفَ عَلَى أُنَاسٍ جُلُوسٍ فَقَالَ « أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِكُمْ مِنْ شَ ِ’ركُمْ .» قَالَ فَسَكَتُوا فَقَالَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ رَجُلٌ بَلَى يَا رَسُولَ اَّللَِّ أَخْبِرْنَا بِخَيْرِنَا مِنْ شَ ِ’رنَا. قَالَ « خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ »… رواه الترمذى

“Abu Hurairah Rodhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdiri di hadapan beberapa orang, lalu bersabda, ‘Maukah kalian aku beritahukan sebaik-baik dan seburuk-buruk orang dari kalian?’ Mereka terdiam, dan Nabi bertanya seperti itu tiga kali, lalu ada seorang yang berkata, ‘Iya, kami mau wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami sebaik-baik dan seburuk-buruk kami.’ Beliau bersabda, “Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan sedangkan keburukannya terjaga’…” (Hadits Riwayat Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 2603).

Bahkan, di antara tanda keberkahan seorang muslim adalah Allah akan hiasi akhir hidupnya dengan banyak beramal kebaikan. Disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ath- Thabrani, Imam Ahmad, dan lainnya, bahwa Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا أَرَادَ اَّللَُّ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ ” , قِيلَ : وَمَا اسْتَعْمَلَهُ ؟ قَالَ : ” يُفْتَحُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ بَيْنَ يَدَيْ مَوْتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ مَنْ حَوْلَهُ

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Lalu para shahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal, wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dijadikan dia beramal shalih di akhir hayatnya, sehingga menjadi ridho kepadanya orang-orang yang ada di sekitarnya.”

Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’ah Rahimakumullah.

 Maka, mari kita terus berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, berusaha bermanfaat untuk orang di sekitar kita dengan apapun yang kita punya. Baik dengan ilmu kita, atau harta kita, atau jabatan kita, atau bahkan dengan fisik kita.  Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala

menggolongkan kita termasuk muslim yang penuh dengan keberkahan. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اَلله لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُ ِ’ل ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

 الْحَمْدُ لِله وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ رَسُوْلِ لله وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ

عِبَادَ اِلله، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اِلله عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِالِله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اَلله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

إِنَّ اَّللََّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِ ‘يِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِ’مُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَ ِ’ل عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الَأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالَأمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللَّهُمَّ أَلِ’فْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَ ِ ‘جنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِ’بْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُ ِ’ريَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُ ِ’ريَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْخِْرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اُلله عَلَى نَبِيِ’نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و مََنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الد’يْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَ ‘بِ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اِلله، إِنَّ اَلله يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالِإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاذْكُرُوْا اَلله الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Khutbah Jumat: Bahaya Ghibah Bagi Diri Kita

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Hadirin rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah Jumat sekalian untuk memuji Allah swt dan bershalawat kepada Rasulullah saw, serta senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.   Semoga dengan ketakwaan tersebut, kita diberikan solusi pada masalah yang sedang dihadapi. Dengan ketakwaan, semoga kita juga dilimpahi rezeki yang tidak kita sangka-sangka. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Talaq Ayat 2 dan 3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

Artinya: Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS At-Talaq: 2-3).

Hadirin rahimakumullah,
Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, dan kesempatan untuk berkumpul di tempat yang mulia ini. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, Nabi yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran dan mewariskan kita dengan ajaran-ajaran yang sempurna.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan khutbah tentang satu perbuatan yang seringkali kita anggap remeh, namun memiliki dampak besar bagi kehidupan pribadi dan masyarakat kita. Perbuatan ini adalah ghibah, atau dalam bahasa kita dikenal dengan istilah menggunjing atau menggosip. Dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.

Ayat ini dengan jelas menggambarkan betapa Allah swt melarang kita untuk melakukan ghibah. Bahkan, Allah mengibaratkan ghibah seperti memakan bangkai saudara sendiri, sesuatu yang sangat menjijikkan. Ini menunjukkan bahwa ghibah adalah perbuatan yang amat buruk di sisi Allah swt.

Hadirin yang dirahmati Allah, Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya: “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”  Rasulullah saw kemudian bersabda, “Engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang dia tidak suka.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika apa yang kami katakan itu benar tentang dirinya?” Rasulullah saw menjawab, “Jika apa yang kamu katakan benar tentang dirinya, berarti kamu telah melakukan ghibah. Dan jika tidak benar, maka itu adalah fitnah.”

Dari hadits ini, kita dapat memahami bahwa ghibah adalah perbuatan berbicara tentang keburukan atau aib seseorang, baik yang benar maupun salah, yang mana orang tersebut tidak suka jika hal itu dibicarakan. Hadirin yang dirahmati Allah, Ghibah bukan hanya berbahaya bagi pelaku dan korbannya, tetapi juga membawa dampak negatif yang luas bagi kehidupan bermasyarakat. Berikut beberapa bahaya ghibah: Pertama, merusak kehormatan dan martabat orang lain Ghibah mengakibatkan rusaknya kehormatan orang yang digunjingkan. Seringkali, apa yang dibicarakan dalam ghibah adalah aib atau kesalahan seseorang. Padahal, setiap orang berhak atas kehormatan dirinya. Dengan melakukan ghibah, kita sama saja dengan mencemarkan martabat seseorang dan menghancurkan reputasinya.

Kedua, menciptakan permusuhan dan kebencian  Ghibah dapat menimbulkan rasa permusuhan. Orang yang menjadi korban ghibah bisa merasa tersinggung, marah, dan akhirnya menaruh dendam kepada orang yang membicarakannya. Selain itu, orang yang mendengarkan ghibah juga bisa ikut membenci korban ghibah karena mendengar keburukan-keburukan tentang dirinya. Dengan demikian, ghibah memicu perpecahan dan ketidakrukunan dalam masyarakat. Hadirin yang dirahmati Allah, Ketiga, merusak amal ibadah.  Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda bahwa pada hari kiamat nanti, akan ada orang-orang yang datang membawa pahala kebaikan sebanyak gunung, tetapi semua itu habis karena diberikan kepada orang-orang yang pernah mereka zalimi, termasuk korban ghibah. Betapa rugi orang yang suka ghibah, karena amal baiknya akan hilang begitu saja sebagai tebusan dari perbuatan buruknya di dunia. Keempat, mengundang azab Allah swt  Allah swt sangat membenci perbuatan ghibah, dan perbuatan ini dapat mengundang murka dan azab dari-Nya.

Oleh karena itu, menjaga lisan dari membicarakan keburukan orang lain adalah bentuk ketakwaan kita kepada Allah swt. Hadirin yang dirahmati Allah, Menghindari ghibah bukanlah hal yang mudah, terutama di zaman sekarang di mana teknologi komunikasi berkembang pesat. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjauhi ghibah:

  1. Ingat bahwa Allah Maha Mengetahui. Allah swt selalu mengawasi setiap perkataan dan perbuatan kita. Dengan menyadari hal ini, kita akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjaga lisan kita dari perbuatan yang dimurkai Allah swt.
  2. Berpikir sebelum berbicara. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” Sebelum berbicara, kita perlu mempertimbangkan apakah yang akan kita katakan baik dan bermanfaat, atau malah sebaliknya. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik diam,
  3. Perbanyak zikir dan istighfar. Dengan memperbanyak mengingat Allah, hati kita akan terjaga dari keinginan untuk membicarakan keburukan orang lain. Istighfar juga penting untuk memohon ampunan dari Allah atas kekhilafan yang mungkin pernah kita lakukan.
  4. Mencari lingkungan yang positif. Berada di lingkungan yang baik dapat membantu kita untuk terhindar dari perbuatan ghibah. Lingkungan yang positif akan mengajak kita kepada kebaikan dan menegur jika kita berbuat salah. Sebaliknya, lingkungan yang gemar bergosip justru akan mendorong kita untuk ikut melakukan ghibah.
  5. Mengingat akibat buruk ghibah. Ingatlah bahwa ghibah tidak hanya merusak diri kita sendiri, tetapi juga orang lain dan masyarakat. Dengan menyadari dampak buruknya, kita akan lebih terdorong untuk menghindari perbuatan ini. Hadirin yang dirahmati Allah, Marilah kita semua menjadikan diri kita sebagai orang yang menjaga lisan dari perbuatan yang dimurkai Allah, terutama ghibah. Jagalah kehormatan dan martabat orang lain sebagaimana kita ingin kehormatan kita juga dijaga. Rasulullah saw telah mencontohkan kepada kita bagaimana menjaga lisan dan menjauhi ghibah.

Semoga Allah swt memberikan kita kekuatan untuk senantiasa menjaga lisan kita, dan semoga kita semua termasuk orang-orang yang dicintai Allah karena mampu menahan diri dari perbuatan yang dilarang. Aamiin ya rabbal alamin

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Solusi Hadapi Hinaan – Khutbah Jum’at

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْإِيْمَانِ، الْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، اَلْعَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا تَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ   أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْإِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada kita, di antaranya terbukti Allah memudahkan kita mendatangi panggilan-Nya pada siang hari yang mulia ini. Shalawat dan salam, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada baginda Nabi besar, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para shahabatnya, serta ummatnya yang konsisten dan komitmen dengan sunnahnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Mari kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Di dalam hidup ini, kita terkadang dihina oleh orang lain, dan terkadang lisan kita khilaf menghina orang lain. Orang beriman harus bisa mengolah setiap pujian maupun hinaan agar menjadi energi positif bertambahnya iman dan taqwa serta berbuah pahala.

Terkadang hinaan itu datang dari lisan orang-orang kafir, namun terkadang hinaan itu juga datang dari lisan orang-orang yang muslim. Berkaitan dengan hinaan pula, hal itu juga pernah terjadi di kalangan istri-istri Nabi dan para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Ali Imran ayat 186:

۟ا  لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

“Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang- orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Ayat ini (surat Ali Imran ayat 186) mengandung pesan bagi orang- orang yang beriman, agar mereka mempersiapkan diri mereka mengahadapi ujian yang mungkin akan mereka temui dalam hidupnya. Ujian yang berupa harta, ujian yang berupa hawa nafsu, serta berbagai bentuk gangguan dan cobaan dari orang- orang kafir. Sehingga, ketika ujian itu datang secara tiba-tiba, mereka sudah siap untuk menghadapinya, tidak merasa terbebani dan merasa berat karenanya. Kemudian, di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan solusi dalam menghadapi setiap ujian tersebut.

Apa solusi yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan dalam menghadapi ujian tersebut?

Ada 3 solusi yang harus dilakukan bagi seorang mukmin dalam menghadapi setiap ujian, dan lebih khusus mengenai ujian berupa hinaan.

  1. Solusi pertama,

Bersikap sabar ketika orang lain menghina kita, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan terbaik bagi orang- orang yang mampu bersabar dengan kemenangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Mukminun ayat 111:

اِنِّيْ جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوْٓاۙ اَنَّهُمْ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ

“Sesungguhnya pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

  1. Solusi kedua, meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak tasbih dan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Hijr ayat 97-99:

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّكَ يَضِيْقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُوْلُوْنَۙ ۝٩ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَۙ ۝٩ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنࣖ ۝٩

 “Sungguh, Kami benar-benar mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit (gundah dan sedih) disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, jadilah engkau termasuk orang-orang yang sujud (sholat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian).”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

  1. Solusi ketiga, meningkatkan keyakinan bahwa Allah tidak pernah tidur dan terus mengawasi makhluk-Nya.

لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

“Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur.”

Setiap orang akan memanen omongannya sendiri. Dari Mu’adz bin Jabal Rahimahullah, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi).

Abdullah bin Masud Rahimahullah juga berkata:

“Musibah itu terwakili dengan perkataan.

Terkadang ujian yang menimpa kita karena omongan kita sendiri yang merendahkan orang lain. Orang-orang yang suka menghina, maka Allah akan uji dia dengan hinaan yang sama. Maka, hendaknya kita berhati-hati dalam berkata, berhati-hati dalam menilai orang lain, berhati-hati dalam memberi gelar dan julukan kepada orang lain. Bisa jadi julukan yang kita buat untuk orang lain menjadi dosa jariyah dan mendatangkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Semoga kita mampu menjaga lisan-lisan kita dari berkata buruk dan menghina orang lain. Semoga kita mampu bersabar dalam menghadapi setiap ujian dengan melaksanakan 3 solusi sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

بِارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Jamal Fauzi
Pengurus Pondok Modern Daarul Hikmah

Waktu Puasa Tarwiyah & Arafah

(Wardah–online)

Apakah puasa Tarwiyah dan Arafah mengikuti tanggal setempat atau waktu wukuf Arafah di Saudi?

Dalam hal ini kita memilih pendapat ulama bahwa puasa Arafah itu tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan hilal negara masing-masing.

Berikut beberapa alasannya:

  1. Dalil-dalil menyebutkan puasa itu berdasarkan waktu, termasuk puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.

عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ امْرَأَتِهِ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.

Dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya dari sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada 9 Dzulhijjah, hari ‘Aasyuraa’ (10 Muharram) dan tiga hari setiap bulan” (HR Abu Dawud no 2439)

  1. Pendapat terkuat bahwa mathla’ setiap daerah berbeda-beda, sehingga kita mengikuti hilal masing-masing negara/daerah. Patokannya adalah hilal bukan waktu wukuf sebagaimana dalam Al-Quran.

Allah berfirman,

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

“Mereka bertanya kepadamu tentang hilal, katakan ia adalah waktu waktu untuk manusia dan haji.”

(AlBaqoroh: 189)

Penjelasan Syaikh Al-Ustaimin bahwa Mathla’ setiap daerah berbeda- beda. Beliau berkata:

والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع

“Yang benar adalah hilal berbeda-beda sesuai perbedaan mathali’”

  1. Berbeda antara hari Arafah dan puasa Arafah. Hari Arafah adalah manusia wukuf, sedangkan puasa Arafah adalah waktu puasa yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Berdalil dengan puasa pada saat hari Arafah adalah tidak tepat
  2. Puasa Arafah disyariatkan tahun ke-2 hijriyah sedangkan syariat wukuf dan sebagian manasik haji pada tahun ke-6. Jadi tahun-tahun sebelumnya, memakai penanggalan
  3. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa saja meminta kabar dari mekkah kapan waktu wukuf, tetapi beliau tetap berpatokan dengan hilal yang beliau lihat di Madinah.
  4. Puasa bersama mayoritas penduduk negeri dengan ketetapan pemerintah  mencocoki hadits “puasa adalah hari di mana manusia berpuasa”

Perhatikan hadits:

صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُومُونَ , وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ

“Kalian berpuasa ketika kalian semuanya berpuasa, dan kalian berbuka ketika kalian semua berbuka” (HR Ad Daruquthni 385, Ishaq bin Rahawaih dalamMusnad-nya 238)

  1. Puasa bersama pemerintah dan kaum muslimin lebih menyatukan hati kaum muslimim.

Berdasarkan kaidah, bahwa ketetapan hakim/pemerintah akan meniadakan khilaf yang terjadi.

وحكم الحاكم يرفع الخلاف

Sehingga perbedaan yang terjadi akan mengikuti pilihan hakim/pemerintah

[4]

Silahkan baca fatwa terkait untuk lebih lengkap, keadaan di negaranya hari ke-8 sedangkan, sedangkan di Saudi hari itu adalah waktu wukuf (hari ke-9)[5]

Demikian semoga bermanfaat

Berdasarkan kaidah, bahwa ketetapan hakim/pemerintah akan meniadakan khilaf yang terjadi.

وحكم الحاكم يرفع الخلاف

Sehingga perbedaan yang terjadi akan mengikuti pilihan hakim/pemerintah. [uj]

Sumber: Muslimafiah

Dalam Perintah Ada Hadiah, Sebelum Hadiah Ada Ujian

Oleh : Jamal Fauzi

[PMDH Online] Syariat atau ajaran Islam berisi tentang perintah dan larangan sebagai bentuk ujian ketaatan kita sebagai hamba Allah.
Allah yang maha bijaksana menyediakan hadiah bagi orang yang mengikuti perintah dan menjauhi larangan tersebut.

Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepadamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” At Talaq ayat 5.

Dalam setiap perintah Allah ada ujian sehingga barang siapa mampu menjalankan perintah dan kuat dalam ujian akan mendapatkan hadiah berlipat ganda, namun kebanyakan dari kita gagal dalam menjalankan perintah tersebut atau bahkan tidak berminat untuk menjalankannya. Tak sedikit yg menjalankan, namun gagal dalam menghadapi ujiannya.

Allah perintahkan kita menyantuni anak yatim, namun banyak anak yatim yang agak bandel hingga membuat kita kesal. Allah perintahkan kita bersedekah kepada orang kurang mampu, namun terkadang sikap yang akan disantuni tak berbudi.

Allah perintahkan taat kepada pemimpin, namun Allah buka kekurangan para pemimpin hingga kita serasa enggan untuk taat. Allah perintahkan menghormati ulama, ustadz, kyai, namun Allah tunjukan khilaf mereka hingga kita mengabaikan nasehatnya.

Allah perintahkan banyak ibadah dan berdoa, namun di pertontonkan dihadapan kita yang taat hidup kekurangan yang fasik bergelimang harta, hingga kita ragu untuk berdoa dan taat kepada-Nya.
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al Mulk: 1-2)

Padaha itu semua adalah ujian, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ  بَسَطَ  اللّٰهُ  الرِّزْقَ  لِعِبَا دِهٖ  لَبَغَوْا  فِى  الْاَ رْضِ  وَلٰكِنْ  يُّنَزِّلُ  بِقَدَرٍ  مَّا  يَشَآءُ  ۗ اِنَّهٗ  بِعِبَا دِهٖ  خَبِيْرٌۢ  بَصِيْرٌ

“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.”
(QS. Asy-Syura 42: Ayat 27)

Demikianlah keagungan Allah, dalam memberi perintah disertai ujian dan godaan, namun barang siapa bisa menghadapi ujian tersebut maka Allah berikan hadiah berupa pahala yang berlipat.

Karena itu wahai sahabatku, fokuslah dengan perintahnya, jangan terjerumus dengan godaannya, urusan kita dengan Allah bukan dengan siapapun yang menjadi obyek dalam perintah tersebut. Ini akan melatih kita menjadi khusu’ dalam beribadah kepada Allah.

Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” (HR. At Tirmidzi).

Semoga kita semua menjadi orang yang lebih taat kepada Allah dan lebih manfaat kepada manusia, aamiin. (AAA-UJ)

Takabbur Sifat Tercela // Khutbah Singkat

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

َاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak, sungguh Allah Maha menutup aib hamba-hamba-Nya.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri ra.

كُلٌّ مَعْصِيَةٍ عنْ شَهْوَةٍ فاِنَّه يُرْجٰى غُفْرَانُهَا كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرٍ فَاِنَّهُ لَايُرْجٰى غفْرَانُهَا لِأنَّ مَعْصِيَةَ اِبْليسَ كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الكِبَرِ وزَلَةَ كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ

 

Setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, itu masih dapat diharapkan ampunannya. Tetapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa takabbur, maka jangan diharapkan ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabbur, sedang kesalahannya (Adam As) itu adalah memperturutkan hawa nafsu.”

Takabur merupakan salah satu sifat tercela yang harus dihindari. Sifat ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Takabur adalah sifat yang mencerminkan kesombongan atau keangkuhan yang berlebihan. Sifat ini sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai sesuatu yang tidak dianjurkan. Allah SWT pun tidak menyukai orang-orang yang takabur.

Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 18,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨

Artiny: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 34,

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ ٣٤

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.14) Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.”

Hadirin Rahimakumullah,

ciri dari sikap takabur yaitu,
1. Memuji Diri Sendiri
Biasanya, orang yang memiliki sifat takabur akan memuji dirinya sendiri atas kelebihan yang dimilikinya.
2. Merendahkan dan Meremehkan Orang Lain
Ciri-ciri takabur lainnya adalah merasa dirinya paling hebat, sehingga ia tidak mau menerima kebenaran atau sudut pandang lain yang merendahkan dirinya.
3. Mencela dan Membesar-besarkan Kesalahan
Orang yang memiliki sifat takabur akan menganggap dirinya paling benar. Dia akan mencela orang yang dia anggap rendah.
4. Mudah Emosi
Emosi orang yang memiliki sifat takabur akan mudah terpancing jika pendapatnya tidak diikuti orang lain. Dia juga tidak menerima kritik atau saran meskipun pendapatnya kurang tepat.
Menghindari takabur adalah langkah penting dalam meningkatkan diri untuk beribadah kepada Allah SWT.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Berbahagia

beberapa cara menghindari takabur yaitu,
1. Memiliki Sikap Rendah Hati
Rendah hati merupakan sikap mulia yang tidak mau menonjolkan diri meskipun memiliki kelebihan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawadhu hingga tidak ada seorang pun yang menganiaya orang lain dan tidak seorang pun menyombongkan diri atas orang lain.” (HR Muslim)

Dan Sabda Nabi yang lain “Barang siapa tawadhu karena Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya. Barang siapa takabur maka Allah akan merendahkan derajatnya.” (HR Al-Bazzar dan Thabrani)

2. Bersyukur
Menghargai dan bersyukur atas semua berkah yang diberikan oleh Allah SWT adalah cara untuk menghindari takabur. Menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah anugerah dari Allah SWT membantu menjaga hati yang rendah hati.

3. Menghormati Orang Lain
Seseorang dapat menghindari sifat takabur dengan cara menghormati orang lain dalam hal apa pun. Dengan menerima kritik dengan lapang dada akan membuat seseorang merasa dihormati.

Hadirin Rahimakumullah

Semoga Kita terhindar dari sifat takabbur dan memperturutkan hawa nafsu yang akan menjerumuskan kita ke dalam api neraka.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ

 ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

UNTUK SIAPA AMALMU?

Jika kalian berbuat ihsan, maka itu untuk kalian. Dan jika kalian berbuat buruk, itupun untuk kalian juga.” (Al Israa: 7).

Amal sholeh tidak menguntungkan Alloh. Maksiat hamba pun tidak merugikan Alloh. Disana ada manusia yang sengaja memaksiati Alloh. Ia tak mau shalat. Tidak berpuasa ramadhan. Tidak menunaikan zakat dan infak. Ia menyangka telah merugikan Robbnya. Padahal, kemaksiatan itu merugikan dirinya sendiri.

Sebaliknya..
Disana ada orang yang bangga dengan ketaatannya. Ia merasa mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Alloh. Ia memandang telah berjasa kepada Alloh. Dengan membela agamaNya. Dengan ketaatan dan amalan shalih. Ia pun menjadi angkuh karenanya. Padahal, kalau bukan karena Alloh yang memberinya kekuatan. Tentu ia akan tersesat jalan.

Sahabat,
ketaatan yang menimbulkan keangkuhan, lebih buruk dari pada maksiat yang menimbulkan taubat dan ketundukan..

Alloh Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
(Q.S. Ad Dzaariyaat : 56)

Saudaraku..
Ibadah adalah konsekuensi sebagai manusia yang memiliki Tuhan / Robb (Alloh). Bukan untuk menjadikan kita berbangga diri akan amal sholeh yang dilakukan, apalagi melakukan maksiat yang akan membuat kita semakin jauh kepada Alloh.

Semoga Bermanfa’at

Ingat jangan lupa gedor dgn dzikir,…[ssht-uj]