Khutbah Jumat: Bahaya Ghibah Bagi Diri Kita

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Hadirin rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah Jumat sekalian untuk memuji Allah swt dan bershalawat kepada Rasulullah saw, serta senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.   Semoga dengan ketakwaan tersebut, kita diberikan solusi pada masalah yang sedang dihadapi. Dengan ketakwaan, semoga kita juga dilimpahi rezeki yang tidak kita sangka-sangka. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Talaq Ayat 2 dan 3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

Artinya: Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS At-Talaq: 2-3).

Hadirin rahimakumullah,
Segala puji hanya milik Allah swt, Tuhan yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, dan kesempatan untuk berkumpul di tempat yang mulia ini. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, Nabi yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran dan mewariskan kita dengan ajaran-ajaran yang sempurna.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan yang mulia ini, khatib akan menyampaikan khutbah tentang satu perbuatan yang seringkali kita anggap remeh, namun memiliki dampak besar bagi kehidupan pribadi dan masyarakat kita. Perbuatan ini adalah ghibah, atau dalam bahasa kita dikenal dengan istilah menggunjing atau menggosip. Dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 12:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.

Ayat ini dengan jelas menggambarkan betapa Allah swt melarang kita untuk melakukan ghibah. Bahkan, Allah mengibaratkan ghibah seperti memakan bangkai saudara sendiri, sesuatu yang sangat menjijikkan. Ini menunjukkan bahwa ghibah adalah perbuatan yang amat buruk di sisi Allah swt.

Hadirin yang dirahmati Allah, Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw pernah bersabda, yang artinya: “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”  Rasulullah saw kemudian bersabda, “Engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang dia tidak suka.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika apa yang kami katakan itu benar tentang dirinya?” Rasulullah saw menjawab, “Jika apa yang kamu katakan benar tentang dirinya, berarti kamu telah melakukan ghibah. Dan jika tidak benar, maka itu adalah fitnah.”

Dari hadits ini, kita dapat memahami bahwa ghibah adalah perbuatan berbicara tentang keburukan atau aib seseorang, baik yang benar maupun salah, yang mana orang tersebut tidak suka jika hal itu dibicarakan. Hadirin yang dirahmati Allah, Ghibah bukan hanya berbahaya bagi pelaku dan korbannya, tetapi juga membawa dampak negatif yang luas bagi kehidupan bermasyarakat. Berikut beberapa bahaya ghibah: Pertama, merusak kehormatan dan martabat orang lain Ghibah mengakibatkan rusaknya kehormatan orang yang digunjingkan. Seringkali, apa yang dibicarakan dalam ghibah adalah aib atau kesalahan seseorang. Padahal, setiap orang berhak atas kehormatan dirinya. Dengan melakukan ghibah, kita sama saja dengan mencemarkan martabat seseorang dan menghancurkan reputasinya.

Kedua, menciptakan permusuhan dan kebencian  Ghibah dapat menimbulkan rasa permusuhan. Orang yang menjadi korban ghibah bisa merasa tersinggung, marah, dan akhirnya menaruh dendam kepada orang yang membicarakannya. Selain itu, orang yang mendengarkan ghibah juga bisa ikut membenci korban ghibah karena mendengar keburukan-keburukan tentang dirinya. Dengan demikian, ghibah memicu perpecahan dan ketidakrukunan dalam masyarakat. Hadirin yang dirahmati Allah, Ketiga, merusak amal ibadah.  Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda bahwa pada hari kiamat nanti, akan ada orang-orang yang datang membawa pahala kebaikan sebanyak gunung, tetapi semua itu habis karena diberikan kepada orang-orang yang pernah mereka zalimi, termasuk korban ghibah. Betapa rugi orang yang suka ghibah, karena amal baiknya akan hilang begitu saja sebagai tebusan dari perbuatan buruknya di dunia. Keempat, mengundang azab Allah swt  Allah swt sangat membenci perbuatan ghibah, dan perbuatan ini dapat mengundang murka dan azab dari-Nya.

Oleh karena itu, menjaga lisan dari membicarakan keburukan orang lain adalah bentuk ketakwaan kita kepada Allah swt. Hadirin yang dirahmati Allah, Menghindari ghibah bukanlah hal yang mudah, terutama di zaman sekarang di mana teknologi komunikasi berkembang pesat. Namun, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjauhi ghibah:

  1. Ingat bahwa Allah Maha Mengetahui. Allah swt selalu mengawasi setiap perkataan dan perbuatan kita. Dengan menyadari hal ini, kita akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjaga lisan kita dari perbuatan yang dimurkai Allah swt.
  2. Berpikir sebelum berbicara. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” Sebelum berbicara, kita perlu mempertimbangkan apakah yang akan kita katakan baik dan bermanfaat, atau malah sebaliknya. Jika tidak ada manfaatnya, lebih baik diam,
  3. Perbanyak zikir dan istighfar. Dengan memperbanyak mengingat Allah, hati kita akan terjaga dari keinginan untuk membicarakan keburukan orang lain. Istighfar juga penting untuk memohon ampunan dari Allah atas kekhilafan yang mungkin pernah kita lakukan.
  4. Mencari lingkungan yang positif. Berada di lingkungan yang baik dapat membantu kita untuk terhindar dari perbuatan ghibah. Lingkungan yang positif akan mengajak kita kepada kebaikan dan menegur jika kita berbuat salah. Sebaliknya, lingkungan yang gemar bergosip justru akan mendorong kita untuk ikut melakukan ghibah.
  5. Mengingat akibat buruk ghibah. Ingatlah bahwa ghibah tidak hanya merusak diri kita sendiri, tetapi juga orang lain dan masyarakat. Dengan menyadari dampak buruknya, kita akan lebih terdorong untuk menghindari perbuatan ini. Hadirin yang dirahmati Allah, Marilah kita semua menjadikan diri kita sebagai orang yang menjaga lisan dari perbuatan yang dimurkai Allah, terutama ghibah. Jagalah kehormatan dan martabat orang lain sebagaimana kita ingin kehormatan kita juga dijaga. Rasulullah saw telah mencontohkan kepada kita bagaimana menjaga lisan dan menjauhi ghibah.

Semoga Allah swt memberikan kita kekuatan untuk senantiasa menjaga lisan kita, dan semoga kita semua termasuk orang-orang yang dicintai Allah karena mampu menahan diri dari perbuatan yang dilarang. Aamiin ya rabbal alamin

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Solusi Hadapi Hinaan – Khutbah Jum’at

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْإِيْمَانِ، الْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، اَلْعَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا تَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ   أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْإِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat-Nya kepada kita, di antaranya terbukti Allah memudahkan kita mendatangi panggilan-Nya pada siang hari yang mulia ini. Shalawat dan salam, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala curahkan kepada baginda Nabi besar, Nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para shahabatnya, serta ummatnya yang konsisten dan komitmen dengan sunnahnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Mari kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Di dalam hidup ini, kita terkadang dihina oleh orang lain, dan terkadang lisan kita khilaf menghina orang lain. Orang beriman harus bisa mengolah setiap pujian maupun hinaan agar menjadi energi positif bertambahnya iman dan taqwa serta berbuah pahala.

Terkadang hinaan itu datang dari lisan orang-orang kafir, namun terkadang hinaan itu juga datang dari lisan orang-orang yang muslim. Berkaitan dengan hinaan pula, hal itu juga pernah terjadi di kalangan istri-istri Nabi dan para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Ali Imran ayat 186:

۟ا  لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًا ۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

“Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang- orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Ayat ini (surat Ali Imran ayat 186) mengandung pesan bagi orang- orang yang beriman, agar mereka mempersiapkan diri mereka mengahadapi ujian yang mungkin akan mereka temui dalam hidupnya. Ujian yang berupa harta, ujian yang berupa hawa nafsu, serta berbagai bentuk gangguan dan cobaan dari orang- orang kafir. Sehingga, ketika ujian itu datang secara tiba-tiba, mereka sudah siap untuk menghadapinya, tidak merasa terbebani dan merasa berat karenanya. Kemudian, di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan solusi dalam menghadapi setiap ujian tersebut.

Apa solusi yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan dalam menghadapi ujian tersebut?

Ada 3 solusi yang harus dilakukan bagi seorang mukmin dalam menghadapi setiap ujian, dan lebih khusus mengenai ujian berupa hinaan.

  1. Solusi pertama,

Bersikap sabar ketika orang lain menghina kita, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan balasan terbaik bagi orang- orang yang mampu bersabar dengan kemenangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Mukminun ayat 111:

اِنِّيْ جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوْٓاۙ اَنَّهُمْ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ

“Sesungguhnya pada hari ini Aku memberi balasan kepada mereka, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

  1. Solusi kedua, meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak tasbih dan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surat Al Hijr ayat 97-99:

وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّكَ يَضِيْقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُوْلُوْنَۙ ۝٩ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِّنَ السّٰجِدِيْنَۙ ۝٩ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنࣖ ۝٩

 “Sungguh, Kami benar-benar mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit (gundah dan sedih) disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, jadilah engkau termasuk orang-orang yang sujud (sholat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian).”

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

  1. Solusi ketiga, meningkatkan keyakinan bahwa Allah tidak pernah tidur dan terus mengawasi makhluk-Nya.

لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ

“Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur.”

Setiap orang akan memanen omongannya sendiri. Dari Mu’adz bin Jabal Rahimahullah, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi).

Abdullah bin Masud Rahimahullah juga berkata:

“Musibah itu terwakili dengan perkataan.

Terkadang ujian yang menimpa kita karena omongan kita sendiri yang merendahkan orang lain. Orang-orang yang suka menghina, maka Allah akan uji dia dengan hinaan yang sama. Maka, hendaknya kita berhati-hati dalam berkata, berhati-hati dalam menilai orang lain, berhati-hati dalam memberi gelar dan julukan kepada orang lain. Bisa jadi julukan yang kita buat untuk orang lain menjadi dosa jariyah dan mendatangkan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maasyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jumah Rahimakumullah.

Semoga kita mampu menjaga lisan-lisan kita dari berkata buruk dan menghina orang lain. Semoga kita mampu bersabar dalam menghadapi setiap ujian dengan melaksanakan 3 solusi sesuai dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

بِارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Jamal Fauzi
Pengurus Pondok Modern Daarul Hikmah

Takabbur Sifat Tercela // Khutbah Singkat

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

َاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak, sungguh Allah Maha menutup aib hamba-hamba-Nya.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Diriwayatkan dari Sufyan Ats Tsauri ra.

كُلٌّ مَعْصِيَةٍ عنْ شَهْوَةٍ فاِنَّه يُرْجٰى غُفْرَانُهَا كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرٍ فَاِنَّهُ لَايُرْجٰى غفْرَانُهَا لِأنَّ مَعْصِيَةَ اِبْليسَ كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الكِبَرِ وزَلَةَ كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ

 

Setiap perbuatan maksiat yang muncul akibat dorongan hawa nafsu, itu masih dapat diharapkan ampunannya. Tetapi setiap kedurhakaan yang muncul karena adanya rasa takabbur, maka jangan diharapkan ampunannya. Karena kedurhakaan iblis itu timbul dari adanya sifat takabbur, sedang kesalahannya (Adam As) itu adalah memperturutkan hawa nafsu.”

Takabur merupakan salah satu sifat tercela yang harus dihindari. Sifat ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Takabur adalah sifat yang mencerminkan kesombongan atau keangkuhan yang berlebihan. Sifat ini sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai sesuatu yang tidak dianjurkan. Allah SWT pun tidak menyukai orang-orang yang takabur.

Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 18,

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨

Artiny: “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 34,

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ ٣٤

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis.14) Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.”

Hadirin Rahimakumullah,

ciri dari sikap takabur yaitu,
1. Memuji Diri Sendiri
Biasanya, orang yang memiliki sifat takabur akan memuji dirinya sendiri atas kelebihan yang dimilikinya.
2. Merendahkan dan Meremehkan Orang Lain
Ciri-ciri takabur lainnya adalah merasa dirinya paling hebat, sehingga ia tidak mau menerima kebenaran atau sudut pandang lain yang merendahkan dirinya.
3. Mencela dan Membesar-besarkan Kesalahan
Orang yang memiliki sifat takabur akan menganggap dirinya paling benar. Dia akan mencela orang yang dia anggap rendah.
4. Mudah Emosi
Emosi orang yang memiliki sifat takabur akan mudah terpancing jika pendapatnya tidak diikuti orang lain. Dia juga tidak menerima kritik atau saran meskipun pendapatnya kurang tepat.
Menghindari takabur adalah langkah penting dalam meningkatkan diri untuk beribadah kepada Allah SWT.

Hadirin Sidang Jum’at Yang Berbahagia

beberapa cara menghindari takabur yaitu,
1. Memiliki Sikap Rendah Hati
Rendah hati merupakan sikap mulia yang tidak mau menonjolkan diri meskipun memiliki kelebihan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawadhu hingga tidak ada seorang pun yang menganiaya orang lain dan tidak seorang pun menyombongkan diri atas orang lain.” (HR Muslim)

Dan Sabda Nabi yang lain “Barang siapa tawadhu karena Allah maka Allah akan mengangkat derajatnya. Barang siapa takabur maka Allah akan merendahkan derajatnya.” (HR Al-Bazzar dan Thabrani)

2. Bersyukur
Menghargai dan bersyukur atas semua berkah yang diberikan oleh Allah SWT adalah cara untuk menghindari takabur. Menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah anugerah dari Allah SWT membantu menjaga hati yang rendah hati.

3. Menghormati Orang Lain
Seseorang dapat menghindari sifat takabur dengan cara menghormati orang lain dalam hal apa pun. Dengan menerima kritik dengan lapang dada akan membuat seseorang merasa dihormati.

Hadirin Rahimakumullah

Semoga Kita terhindar dari sifat takabbur dan memperturutkan hawa nafsu yang akan menjerumuskan kita ke dalam api neraka.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ

 ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

Khutbah Jum’at Modal Taqwa

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔوا۟ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا۟ ٱلْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا۟ مَا عَلَوْا۟ تَتْبِيرًا

.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam kepada Rasulullah menjadi dua hal yang penting untuk mengawali majelis ini. Hal penting selanjutnya adalah berwasiat takwa yang menjadi kewajiban bagi khatib untuk senantiasa sampaikan kepada jamaah wabil khusus kepada khatib pribadi.

Oleh karena itu mari kita tingkatkan dan kuatkan ketakwaan kita kepada Allah swt sebagai wujud penghambaan kita kepada-Nya yang menumbuhkan rasa takut pada diri kita untuk melanggar perintah-perintah-Nya. Kuatnya ketakwaan juga bisa diukur dari kemampuan kita menjalankan seluruh perintah Allah swt. Takwa akan menjadikan kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung dan masuk ke dalam surga Allah swt. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Naba 31:

اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًاۙ

Artinya: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (ada) kemenangan (surga)”

Diriwayatkan dari imam A’masy RA:

مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الألْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِيْحِ دِيْنِهِ

وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنيَا كَلَّتْ الألْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِيْنِهِ

Artinya: “Barangsiapa yang modal hartanya adalah takwa, maka tak akan ada lisan yang mampu mensifati (menggambarkan) keuntungan agamanya. Dan Barangsiapa yang modal hartanya adalah dunia, maka tak akan ada lisan yang mampu mensifati kerugian agamanya.

Hadirin Rahimakumullah

Kita terbiasa dan sanggup berlama-lama menunggu untuk urusan dunia, kita terbiasa dan sanggup untuk urusan sementara. Tapi kita resah Ketika berlama-lama membaca al-qur’an, gelisah berlama-lama dalam rakaat shalat tak betah jika urusan tentang akhirat.

Padahal banyak fadilah atau keuntungan yang didapat jika kita melakukan kebaikan. salah satu fadilah Puasa bisa menyehatkan, shalat tahajud bisa menaikkan derajat dan pangkat, shalat fajar mendapatkan dunia dan isinya, shalat dhuha bisa menambah rizki, dan hal-hal kebaikan lainnya, yang keuntungannya tidak bisa terhitung.

Demikian sebaliknya, betapa ruginya jika modal kita hanya dunia. Padahal dunia yang kita singgahi hanya sementara, terminal tempat singgah. Tujuan utamanya adalah akhirat.

Hadirin Rahimakumullah

Mukmin yg dicintai Allah Ta’ala selalu meyakini apa yg ditakdirkan Allah Ta’ala adlh yg terbaik, Ketika kita mencari akhirat niscaya dunia akan mendatangi. Inilah buah ketakwa’ an yg selalu menjadikan akhirat sebagai target hidupnya.

Mukmin yg istimewa adlh sosok yg hidupnya selalu terobsesi tuk meraih kebahagiaan akhirat. Sa’at rezeki melimpah dia tetap konsekuen dlm jalur taqwa & dikala diuji dengan berbagai kesulitan hidup imannya tetap membara untuk mencari kebahagiaan hakiki. Kondisi dunia dengan segala perhiasan indahnya tak menggoyahkan kekuatan imannya tuk selalu memprioritaskan akhiratnya

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda;

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

“Barangsiapa ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah akan cerai- beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran di depan matanya, & ia tdk mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yg telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yg ambisi terbesar nya adlh akhirat, Allah akan memudah kan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, & dunia akan mendatanginya dlm ia tdk menyangka nya”

Kecintaan pada dunia hendaknya tetap dlm level biasa yg tak ternoda dgn berbagai perilaku, ucapan, sikap yg membuat berpaling dari misi hidup sesungguhnya yakni terminal akhirat. Dia mensikapi dunia dgn bijak & lebih percaya dgn apa² yg ada di sisi Allah Ta’ala. Rasa keimanannya serta kehebatan tawakal nyalah yg membuat nya selalu membutuh kan Allah Ta’ala dlm segala situasi & tempat

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Semakin cinta manusia terhadap dunia semakin malas dari keta’atan dan amal akhirat sesuai dengan kadarnya.”

Semoga Allah menanamkan rasa cinta kita lebih mendalam terhadap akhirat dibandingkan dunia, sehingga kita bisa istiqamah dalam menjalankan segala perintah-perintah-Nya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ

 ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

Khutbah Singkat “Tahun Baru, Tahun Muhasabah” 12 Januari 2024

إِنَّ الْـحَمْدَ ِلِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْـهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدً﴿٧٠﴾يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. والْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ قُلْ  اِنَّ  الْمَوْتَ  الَّذِيْ  تَفِرُّوْنَ  مِنْهُ  فَاِ نَّهٗ  مُلٰقِيْكُمْ  ثُمَّ  تُرَدُّوْنَ  اِلٰى  عٰلِمِ  الْغَيْبِ  وَا لشَّهَا دَةِ  فَيُنَبِّئُكُمْ  بِمَا  كُنْتُمْ  تَعْمَلُوْنَ

 

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Sehat wal’afiat terutama nkmat iman dan Islam kepada kita sehingga kita bisa berkumpul di masjid ini dalam rangka melaksanakan shalat jumat sebagai kewajiban. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, saudaranya, sahabat hingga kepada kita yang masih setia mengikuti sunnahnya.

Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak kepada diri khatib khususnya dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Diawal bulan ini, terutama malam tanggal 30 desember malam hari, hingar bingar sukacita terdengar memekakkan telinga. Diberbagai media baik online maupun konvensional dibuat sibuk untuk acara satu malam tersebut, untuk menyambut malam tahuh baru. Bahkan dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkan dengan berbagai cara agar malam itu menjadi malam istimewa baginya. Jutaan kembang api dihabiskan, ratusan pesta di gelar; sehingga Pemborosan, kesia-siaan dan bahkan malapetaka sering menghampiri acara tersebut.

Padahal, waktu yang tepat untuk mengisi acara tahun baru bagi seorang muslim adalah introspeksi atau muhasabah diri. Berapa banyak dosa yang telah dilakukan tahun sebelumnya dan akankah tahun depan lebih baik dari tahun kemarin? jika kita jeli memandang, hari demi hari, tahun demi tahun bertambahnya angka usia merupakan mengurangnya umur, dan tentu saja semakin dekatnya kematian menghampiri kita. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ  اِنَّ  الْمَوْتَ  الَّذِيْ  تَفِرُّوْنَ  مِنْهُ  فَاِ نَّهٗ  مُلٰقِيْكُمْ  ثُمَّ  تُرَدُّوْنَ  اِلٰى  عٰلِمِ  الْغَيْبِ  وَا لشَّهَا دَةِ  فَيُنَبِّئُكُمْ  بِمَا  كُنْتُمْ  تَعْمَلُوْنَ

“Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 8)

Hadirin Rahimakumullah..

Ketika ajal datang,  tidak ada yang bisa menghindar sedetik pun darinya. Kematian tidak dapat dipercepat ataupun diperlambat walaupun seseorang lari darinya.

Sesungguhnya kehidupan yang abadi akan ada setelah kematian. Kehidupan abadi hanya akan kita jalani dengan dua pilihan, surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan bagi orang yang taat menjalankan perintah-Nya. Atau, neraka yang penuh azab dan siksaan bagi orang yang gemar bermaksiat kepada-Nya.

Perjalanan kehidupn kita selanjutnya adalah di kubur atau alam barzakh, padang mahsyar, miizan, maupun shirath. Perjalanan kita tersebut  berakhir ketika Allah  memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Nabi Muhammad  Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampui umur tersebut.” (H.R. Ibnu Majah).

Hadirin rahimakumullah,..

Persiapan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian yang begitu Panjang tentu memiliki konsekswensi yang berat, sulit dan melelahkan. Kita tidak bisa ikut dengan pesta kebanyakan orang, kita menyendiri tafakur mengingat dosa yang dilakukan, dan berlelah melakukan ibadah. Tapi yakinlah bahwa lelahnya dalam urusan akhirat akan diganjar dengan kenikmatan yang tiada tara, sampai-sampai kita lupa dengan sakit dan lelahnya waktu didunia.

Sebaliknya, mereka yang mengisi kesenangan dunia dengan pesta pora dan kesia-siaan yang sudah barang tentu itu adalah kemubaziran akan diganjar oleh Allah diakhirat dengan siksa yang pedih, sampai-sampai dia lupa dengan kesenangan sewaktu di dunia.

Semoga, dalam khutbah singkat ini kita bisa merenungkan dan introspeksi diri kita agar bisa terhindar dari hal-hal kesia-siaan dan kemubaziran yang menjerumuskan kepada api neraka. Sehingga persiapan untuk menghadapi hari kematian menjadi indah dan menyenangkan bukan ketakutan dan menyengsarakan karena kematian adalah suatu kepastian.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: تَبٰرَكَ الَّذِىۡ بِيَدِهِ الۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرُۙ اۨلَّذِىۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَالۡحَيٰوةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ اَيُّكُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡغَفُوۡرُۙ

 إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ   عٍبَادَ اللهِ،

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

Khutbah Jum’at Singkat : Belajar Mengambil Hikmah Dari Densitas Batu & Air 

Oleh : Jamal Fauzi

إِنَّ الْـحَمْدَ ِلِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْـهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدً﴿٧٠﴾يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Selayaknyalah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yag Allah karuniakan kepada kita yang semua itu wajib untuk kita syukuri.

Maka dari itu kewajiban seorang Muslim adalah mensyukuri nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Di antaranya adalah nikmat Islam, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat rizki, dan lainnya yang Allah berikan kepada kita. Sehingga kita bisa terus menanamkan nilai takwa kepada Allah SWT sebagai hambluminallah dan memiliki rasa empati semabagai hablum minannas.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT
Perhatikanlah batu, setiap ia disatukan, senantiasa berbentur dan saling menendang, saling menyingkirkan. Berbeda dengan air, ketika ia disatukan, ia segera menyatu menjadi senyawa yang saling mengisi.

Apa yg membedakan antara batu dan air!?

Batu mempunyai “kepadatan” atau densitas yang jauh lebih tinggi dari air. Itulah sebabnya bentuknya padat dan tdk “cair” seperti air…

Demikian juga manusia. Kebanyakan orang pintar “berisi” akan cenderung selalu ingin berdebat, berbantahan  bahkan berkelahi ketika berkumpul, terutama karena kepalanya dibuat “membatu” oleh kepintarannya…

Berbeda dengan orang bijaksana, ia akan “selentur” air ketika berkumpul. Ia akan menyatu, berpelukan seperti air sesuai wadah “kebijaksanaan”. Ia mampu meregangkan “kepadatannya” mengikuti situasi dan kondisi di mana pun dia berada…

Pada situasi yang panas dia akan “menguap” menjadi uap air, pada keadaan dingin dia pun bisa turun jadi embun penyejuk di pagi hari dan pada keadaan dingin yang ekstrim dia mampu “membatu” menjadi es dan bertahan dalam kondisi tersebut hingga suhu kembali normal dan dia kembali ke wujud azalinya yang semula, Itulah “bijaksana”

Aristoteles mengatakan, Knowing your self is the beginning of all wisdom.

Oleh karenanya marilah  instropeksi diri kita, seberapa “cair” kah diri kita?  Seberapa bijakkah kita? Semakin bijaksana seseorang semakin dia tahu bahwa dia tidak tahu apa²…

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

من وَطَّنَ قلبَه عند ربه سكن واستراح، ومن أرسله في الناس اضطرب واشتد به القلق

“Siapa yang memfokuskan hatinya kepada Robbnya maka ia akan tenang dan nyaman. Siapa yg menujukan hatinya pada manusia maka ia akan goncang dan gelisah.”

Orang yang baik tentu akan memberi kita kebahagiaan. Orang yang buruk memberi kita pengalaman. Orang yang jahat memberi kita pelajaran.

Setiap orang yang hadir dalam kisah episode kehidupan kita, bukanlah suatu kebetulan. Mereka dihadirkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk senantiasa memberi ujian, hikmah dan pelajaran dalam perjalanan hidup kita.

Teruslah tetap istiqomah untuk belajar memetik hikmah & beramal shaleh dengan senantiasa beramar ma’ruf nahi munkar,

لا ترج فعل الصالحات الى غد لعل غدا ياءتي وانت في اللهدي

“Janganlah engkau menunda-nunda untuk segera beramal shaleh sampai besok… Mungkin besok masih ada, tapi engkau mungkin yang sudah tidak ada.”

Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan,

 اعْلَمْ أَنَّ البَابَ الأَعْظمَ الَّذِي يَدخُلُ مِنهُ إبلِيسُ عَلى النَّاسِ هُو الجَهلُ.

“Ketahuilah bahwa pintu utama yang dimana Iblis masuk darinya kepada manusia adalah dari kebodohan.” (Talbis Iblis, hlm.121)

Ibnul Mu’taz rahimahullah mengatakan,

العَالِمُ يَعْرِفُ الجَاهِلَ، لِأَنَّهُ كَانَ جَاهِلاً، والجَاهِلُ لاَ يَعْرِفُ العَالِمَ،  لِأَنَّهُ لَمْ يَكُن عَالِمًا.

“Seorang ‘alim mengetahui (kadar) orang jahil (bodoh), karena dia dulunya adlh orang jahil. Orang jahil tdklah tahu (kadar) orang ‘alim, karena dia tdk pernah menjadi orang ‘alim.” (Adabud Dunya wad Dien, 1/37)

Marilah kita tinggalkan dan hentikan perilaku bodoh, sehingga tdk terpengaruh bisikan iblis. Belajarlah dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ‘ilmu dan rajinlah menghadiri  majelis-majlis ilmu. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan memberikan kemudahan jalan menuju surga-Nya…

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا،أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ثُمَّ اعْلَمُوْا عِبَادَ اللهِ، أَنَّ خَيْرَ الحَدِيْثِ كِتَابَ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا

وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ(إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ اَلرَّاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةَ المَهْدِيِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَلِيَّ عَلَيْنَا خِيَارَنَا، وَكْفِيْنَا شَرَّ شِرَارَنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَا لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ وَلِيَتَنَا فِيْمَا خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِمَا فِيْهِ خَيْرَ صَلَاحِ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا لِمَا فِيْهِ صَلاَحِهِ وَصَلَاحِ الْإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ بِطَانَتَهُ وَجُلَسَائِهِ وَمُسْتَشَارِيْهِ وَأَبْعِدْ عَنْهُ بِطَانَةً السُّوْءِ وَالمُفْسِدِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، ( رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ).

عبادَ الله، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)،(وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فاذكروا اللهَ يذكُرْكم، واشكُروه على نعمِه يزِدْكم، ولذِكْرُ اللهِ أكبر، واللهُ يعلمُ ما تصنعون.

Pengasuh di Pondok Modern Daarul Hikmah

Khutbah singkat edisi 8 September 2023 – Muslim Yang Bemanfaat

Oleh : Jamal Fauzi

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي الْمَالِ حَقًّا لِلْفُقِيْرِ وَالمِسْكِيْنِ وَسَائِرِ اْلمُحْتَاجِيْنَ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَاد

اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ

أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

 

Jamaah yang Dirahmati Allah SWT

Mendapatkan kesempatan untuk hadir sekaligus menjalankan ibadah shalat Jumat siang ini adalah sebuah nikmat yang demikian agung. Dari mulai nikmat hidayah hingga kesehatan sekaligus kita terima saat ini.

Oleh sebab itu, marilah aneka nikmat yang ada kita jadikan sebagai sarana untuk terus meningkatkan takwallah. Yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Pastilah, kalau itu yang dilakukan, akan semakin banyak nikmat yang Allah SWT turunkan kepada kita, amin ya rabal alamin.

Ada pepatah mengatakan; menjadi orang baik itu mudah, yang susah adalah menjadi orang yang bermanfaat untuk umat. Sebab untuk menjadi orang baik cukup dengan diam, maka yang tampak adalah kebaikan. Tafakur, tidak ngurusin urusan orang, tak peduli dengan apa yang mesti dilakukan karena merasa masih ada orang lain yang bisa mengerjakan.

Tetapi menjadi orang bermanfaat butuh perjuangan; berjuang disaat dia menginginkan sesuatu yang mau dia bisa, dan berjuang dengan keadaan karena terkadang ada yang tidak suka dengan sesuatu yang kita bisa.

Padahal, orang yang bermanfaat lebih mulia dihadapan Allah SWT disbanding dengan hanya diam saja. Sebagaimana yang disampaikan nabi dalam sabdanya :

خصلتان لا شئ افضل منهما الايمان بالله والنفع للمسلمين

“ Ada dua perkara yang tidak dapat diungguli keutamaannya, yaitu iman kepada Allah dan membri manfaat kepada orang mukmin”

Menurut syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab syarah Nashaihul ibad mengatakan bahwa

والنفع للمسلمين اي بالمقال او بالجاه او بالمال او بالبدن

Yang dimaksud dengan memberi Manfaat kepada yang mukmin tersebut, baik dengan ucapan, pangkat harta, ataupun badannya.

Hadirin yang di Rahmati Allah SWT.

Lidah memang tidak bertulang, tetapi sekali mengeluarkan kalimat yang menyakitkan akan berakibat fatal. Bahayanya lebih besar disbanding pisau yang tajam. Maka banyak orang baik memilih untuk diam, maka munculah istilah “diam adalah emas.”

Akan tetapi jika ucapannya ingin bermanfaat untuk umat; ucapannya penuh nasihat, memberi solusi kebaikan, khutbah, ceramah, atau bahkan hanya bicara biasa saja namun penuh hikmah.

Lalu, bagi orang yang memiliki pangkat atau jabatan, agar menjadi bermanfaat untuk umat, digunakan jabatannya untuk kemajuan bangsa dan agamanya, membela rakyat, serta mengangkat harkat dan martabat umat.

Selanjutnya perkara yang tidak dapat diungguli keutamaannya adalah orang yang memiliki harta. Hartanya digunakan dijalan Allah. Bermanfaat untuk kepentingan kaum muslimin, memberi tanpa pamrih. Baik memberikan sumbangan atau shadaqah kepada yang membutuhkan maupun kepada kegiatan-kegiatan keagamaan yang sifatnya untuk manyarakat luas.

Terakhir, yang memiiki tenaga. Tenaganya digunakan untuk kemaslahatan, membela yang lemah dan membantu dengan usahanya.

Hadirin, banyak para sahabat yang dijamin masuk surga karena memiliki salah satu keistimewaan tersebut. Ucapanya bermanfaat, Bilal bin Rabbah sebagai muazin dan Tsbit bin haris sebagai orang yang pandai berdiplomasi. Abu Bakar sidik yang terkenal bijaksana menggunakan jabatannya, lalu ada sahabat Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf selalu berlomba siapa terbanyak untuk mnyumbangkan hartanya untuk umat dan agamanya. Serta ada sahaba Umar bin Khattab yang terkenal perkasa, dia siap membela Islam dengan tenaganya serta selalu membantu yang lemah.

Demikian khutbah singkat pada siang hari ini, semoga kita selalu diistikomahkan bisa memberi manfaat kepada kaum muslimin baik dengan ucapannya, pangkat, harta maupun tenaganya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

Khutbah singkat edisi 01 September 2023, Masjid Tempat yang Tepat Mencari Solusi

Oleh : Jamal Fauzi

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدً .اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَرَسُوْلَ ولاَنَبِيَ بَعْدَهُ َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ وَجَمَاعَتَهُ مِنْ يَوْمِ السَّبِيْقِيْنَ الْاَوَّلِيْنَ اِلَى يَوْمِ النَّهْضَةِ وَالدَّيْنِ اَمَّابَعْدَهُ
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَأَحَثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى. قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ ۞ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Ma’asirol Muslimin, Rahimakumullah…

Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak, sungguh Allah Maha menutup aib hamba-hamba-Nya.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Dimana tempat yang layak mencairkan masalah menjadi solusi, dimana tempat agar dosa kita termpuni, dimana tempat yang layak agar hidup kita penuh kemudahan dan kemulyaan? Jawabannya adalah Masjid, sebab Petama masjid menjadi solusi  dari berbagai persoalan hidup. Dalam Qur’an surat Al-Baqarah : 157 mengatakan :

اُولٰٓٮِٕكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ‌ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُهۡتَدُوۡنَ

Artinya : “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”

Hadirin yang di Rahmati Allah,

Setiap kita pasti pernah mengalami Gelisah, Resah, Gundah, yang disebabkan karena kelaparan, musibah, sakit dan kekurangan harta. Dengan berbagai persoalan tersebut solusi yang paling tepat adalah berdoa, dan Allah memberikan tempat yang tepat untuk melakukan doa, tempat paling khusu’ paling sejuk dan nyaman, maka masjid menjadi solusi dari berbagai persoalan itu.

Sehingga kita akan tau hikmah diberikannya ujian. Hakikat dari ujian itu adalah untuk meningkatkan kualitas. Sebagai contoh, tatkala kita tersandung batu, ucapan yang kerap keluar dari mulut kita adalah “Allhahu Akbar, Astaghfirullah, atau keluhannyapun Ya, Allah”… ini artinya setiap kita diberikan kesakitan, Allah angkat kualitas iman kita.  Dan yang paling penting adalah tidak mungkin ujian tanpa ada solusi, serta tentu ujian akan diterima kepada orang yang mampu menghadapinya. itulah beberapa hikmah yang akan datang jika kita berada pada titik permasalahan yang menggantung di Pundak kita, masjid menjadi tempat solusi yang tepat.

Kedua, masjid menjadi tempat diampuni dari dosa. Dalam Surat Azzumar : 53 Allah SWT berfirman :

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ ۞ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya : Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Sesiapapun, setiap kita merasa memiliki dosa, dan tidk sedikit pula orang-orang mencari tempat ideal untuk bertobat. Maka tempat terbaik adalah masjid. Di dalam masjd kita bisa curhat dengan nyaman dan aman. Mengeluarkan unek-unek tanpa diketahui yang lain. Hanya Kita dan Allah yang tau permasalahan kita, dan kepada Allah kita meminta diampuni semua dosa.

Ketiga menjadi tempat Kemudahan. Jika kita berlama-lama di masjid, melakukan I’tikaf, zikir, shalat sunnah dan aktifitas baik yang wajib maupun yang sunnah lainnya, rasakan Kasih sayang Allah yang akan memudahkan jalan-jalan kehidupan dunia sampai sampai menuju akhirt, rasakan kehadiran Allah yang akan memudahkan urusan-urusan kita.

Semoga Kita diistikomahkan untuk selalu rindu ke masjid, baik untuk melaksanakan Shalat wajib harian, shalat wajib mingguan seperti shalat jumat ini, maupun selalu rindu datang ke tiap-tiap pengajian dan aktifitas lainnya. Selain itu mari kita berdoa supaya dihindari dari sifat bangga terhadap kemaksiatan dan dosa yang kita lakukan, sehingga kita tidak mau meminta pertolongan Allah dan akhirnya akan menimbulkan kemurkaan Allah atas kita semua.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ   عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

*Pengajar di Pondok Modern Daarul Hikmah

*dikutip dari berbagai sumber

Khutbah Jum’at edisi 25 Agustus 2023 Mengisi Kemerdekaan

Oleh : Ust. Jamal Fauzi

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillah, pada hari ini, kita masih bisa terus merasakan nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepada kita semua. Di antaranya adalah nikmat iman, kesehatan, dan kemerdekaan sehingga kita bisa dengan tenang melangkahkan kaki menuju majelis ini untuk menjalankan tugas utama kita hidup di dunia yakni beribadah kepada Allah. Hal ini akan sulit untuk dilakukan jika kita berada dalam kondisi peperangan alias tidak merdeka serta masih berada dalam kungkungan penjajah.

Sebagaimana diketahui, penjajahan di dunia ini bisa dipilah menjadi dua. Pertama, penjajahan fisik. Kedua, penjajahan non-fisik.

Penjajahan fisik dilakukan dengan pendudukan (ihtilâl); dengan menduduki wilayah, menguasai sumber daya alam, menundukkan sumber daya manusianya, kemudian mengontrol kekuasaan militer, politik, pemerintahan, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Inilah yang dilakukan oleh negara-negara penjajah Barat pengusung utama ideologi Kapitalisme-sekularisme pada masa lalu, khususnya di Dunia Islam, termasuk negeri ini.

Adapun penjajahan non-fisik dilakukan melalui pemikiran, pendidikan, budaya dan soft power yang lainnya. Biasanya dilakukan dengan menggunakan strategi dan agen. Mereka ditanam di semua sektor; mulai dari sektor politik, pemerintahan, militer, ekonomi, budaya, agama, hukum dan sebagainya. Inilah yang dilakukan oleh negara-negara penjajah Barat pengusung utama ideologi Kapitalisme-sekularisme pada masa sekarang, khususnya di Dunia Islam, termasuk negeri ini.

Karena itu secara de jure negeri-negeri kaum Muslim, termasuk negeri ini, memang sudah dinyatakan merdeka. Ini karena kaum penjajah telah lama meninggalkan negeri kaum Muslim. Namun, secara de facto pemikiran, mindset dan cara pandang penjajah itu tetap dipertahankan, terutama oleh para penguasa dan elit-elit politiknya. Bahkan mereka mengundang penjajah itu untuk mengangkangi dan mengeruk kekayaan negeri mereka atas nama “investasi” dan sebagainya.

Terkait Indonesia, era penjajahan fisik yang dialami bangsa ini memang sudah lama berakhir. Kaum penjajah yang pernah menjajah negeri ini pun—seperti Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang—sudah lama terusir. Negeri ini bahkan telah merayakan Hari Kemerdekaan sekaligus Hari Ulang Tahun (HUT)-nya yang ke-78. Ceremonial telah dilakukan dengan berbagai kegiatan menggembirakan mengisi kemerdekaan tersebut. Ada yang upacara bedera, panjat pinang, balap karung dan lain sebagainya.

Hadirin Rahimakumullah,…
Kegiatan tersebut memang symbol kegembiraan dari terlepasnya belenggu penjajahan. Terbebas dari pengaruh asing yang menguasai negeri. Namun, benarkah Indonesia benar-benar terlepas dari penjajahan?

Mengutip dari kitab Nashoihul Ibad  maqolah ke 21 syekh Nawawi al-Bantani mengatakan bahwa

لَا غُربَةَ للفَاضِلِ ولَا طَنَ للجَهِلِ

Artinya : “tidak ada keterasingan bagi orang-orang yang utama (berilmu) dan tidak ada tanah air (rumah) bagi orang-orang yang bodoh.”

Seseorang yang bersifat memiliki ilmu dan amal maka sesungguhnya ia akan dimulyakan dan dihormati diantara manusia dimana saja berada. Oleh karena itu dimana saja berada layaknya mereka seperti di negeri sendiri meskipun dia sebagai pendatang yang hanya singgah sesaat. Sebaliknya, orang yang bodoh adalah kebalikannya, meskipun di negeri sendiri, mereka akan merasa asing.

Fenomena keterasingan orang-orang pribumi dibanding pendatang sangatlah kentara di belahan bumi Indonesia bagian manapun, termasuk di wilayah kita ini. Meskipun Indonesia sudah merdeka78 tahun silam, masih banyak yang harus kita perjuangkan untuk mengisi kemerdekaan, salah satunya pesan dari syekh Nawawi diatas, lenyapkan kebodohan agar kita tidak menjadi orang asing di negeri sendiri.

Banyak anak negeri yang hanya jadi babu di negeri orang. Mereka, seringkali disiksa dan dianiaya, negeri ini belum mampu memulangkan mereka dan memberi pekerjaan layak dan mensejahterakannya. Luas negara ini jutaan hektar Namun lebih dari setengah dikuasai asing, hingga rakyat tak lagi punya lahan luas, berdesak-desakan di tanah yang sempit, tanah negara belum mampu direbut Kembali,… Negeri katulistiwa ini dihampari kekayaan alam yang luar biasa, namun dikelola oleh orang lain, Rakyat hampir tak menikmatinya, kekayaan alam ini belum bisa dikuasai negara sendiri…

Hadirin Rahimakumullah

Pada saat yang sama, ketidakadilan makin nyata. Hukum makin tajam ke bawah dan makin tumpul ke atas. Banyak koruptor dihukum ringan. Bahkan divonis bebas. Sebaliknya, tak sedikit rakyat kecil—misal yang mencuri tak seberapa dan sering karena dorongan rasa lapar—dihukum berat.

Belum lagi kita bicara moral. Sebagaimana diketahui, salah satu cita-cita utama kemerdekaan—terutama yang dirumuskan dalam sistem pendidikan nasional—adalah bagaimana melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa. Faktanya, hari ini moralitas generasi muda makin merosot. Perilaku seks bebas makin liar. Bahkan banyak remaja terjerumus ke dalam perilaku LGBT. Banyak dari mereka yang terjerat narkoba. Kasus bullying (perundungan), khususnya di kalangan pelajar dan remaja, juga makin sering terjadi. Bahkan kasus kejahatan dengan pelaku pelajar dan mahasiswa sudah sering kita saksikan. Ragam kriminalitas pun makin hari makin beragam dan makin mengerikan

Penjajahan, baik fisik maupun non-fisik, sesungguhnya merupakan manifestasi dari isti’bâd (perbudakan), yaitu menjadikan manusia sebagai budak bagi manusia lainnya. Karena itu Islam telah mengharamkan penjajahan. Allah SWT berfirman:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لاَ إِلَٰهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي

Sungguh Aku adalah Allah. Tidak ada tuhan yang lain, selain Aku. Karena itu sembahlah Aku (QS Thaha [20]: 14).

Inilah kalimat tauhid. Kalimat tauhid ini pada dasarnya telah terpatri di dalam hati setiap Muslim. Jika tauhid mereka murni dan jernih, kemudian pemahaman yang terbentuk dari sana juga jernih, maka tauhid itu akan membangkitkan semangat penghambaan hanya kepada Allah. Spirit tauhid ini pun sekaligus akan membangkitkan perlawanan terhadap segala bentuk perbudakan/penghambaan atas sesama manusia, termasuk penjajahan atas segala bangsa. Inilah yang tampak dari kalimat Rub’i bin ‘Amir kepada panglima Persia, Rustum:

اللهُ اِبْتَعَثَنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ، وَ مِنْ ضَيْقِ الدُّنْيَا إِلىَ سِعَتِهَا، وَ مِنْ جُوْرِ اْلأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ اْلإِسْلاَمِ

“Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan (memerdekakan) siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan kepada sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah; dari sempitnya dunia menuju keluasannya; dari kezaliman agama-agama yang ada menuju ke keadilan Islam.” (Ibn Jarir at-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, 3/520; Ibn Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, 7/39).

Inilah spirit Islam. Spirit ini muaranya ada pada kalimat tauhid, “Lâ Ilâha illalLâh, Muhammad RasûlulLâh” (Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah).

Atas dasar itu, menjadi kewajiban kaum Muslim secara bersama, untuk bertafakur menyertai rasa syukur, dengan melihat realitas yang ada di negeri kita di segala bidang, sudahkah sistem yang mengatur kehidupan umat di segala bidang ditegakkan di atas prinsip tauhid? Sudahkah hakikat dan prinsip-prinsip kemerdekaan hakiki menurut ajaran Islam, seperti yang dikemukakan oleh Rub’i bin Amir di atas?

Hadirin Sidang Jumat yang Berbahagia

misi Islam adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Maka dari itu, tidak ada negeri yang dikuasai Islam berubah kusam, sengsara, mundur dan terbelakang.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini menandakan bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya.

Semoga, kita mampu mengisi kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu teguh mempertahankan tauhid dan keimanan serta terus menimba ilmu yang bermanfaat  sehingga kita mampu menghapus penjajahan ideologi dari negeri asing.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ  اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ  الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ  عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya…”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

*dikutip dari berbagai sumber
*Kepala Sekolah SMA Nusantara Unggul