Khutbah Jum’at Modal Taqwa

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔوا۟ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا۟ ٱلْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا۟ مَا عَلَوْا۟ تَتْبِيرًا

.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam kepada Rasulullah menjadi dua hal yang penting untuk mengawali majelis ini. Hal penting selanjutnya adalah berwasiat takwa yang menjadi kewajiban bagi khatib untuk senantiasa sampaikan kepada jamaah wabil khusus kepada khatib pribadi.

Oleh karena itu mari kita tingkatkan dan kuatkan ketakwaan kita kepada Allah swt sebagai wujud penghambaan kita kepada-Nya yang menumbuhkan rasa takut pada diri kita untuk melanggar perintah-perintah-Nya. Kuatnya ketakwaan juga bisa diukur dari kemampuan kita menjalankan seluruh perintah Allah swt. Takwa akan menjadikan kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung dan masuk ke dalam surga Allah swt. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Naba 31:

اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًاۙ

Artinya: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (ada) kemenangan (surga)”

Diriwayatkan dari imam A’masy RA:

مَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ التَّقْوَى كَلَّتْ الألْسُنُ عَنْ وَصْفِ رِيْحِ دِيْنِهِ

وَمَنْ كَانَ رَأْسُ مَالِهِ الدُّنيَا كَلَّتْ الألْسُنُ عَنْ وَصْفِ خُسْرَانِ دِيْنِهِ

Artinya: “Barangsiapa yang modal hartanya adalah takwa, maka tak akan ada lisan yang mampu mensifati (menggambarkan) keuntungan agamanya. Dan Barangsiapa yang modal hartanya adalah dunia, maka tak akan ada lisan yang mampu mensifati kerugian agamanya.

Hadirin Rahimakumullah

Kita terbiasa dan sanggup berlama-lama menunggu untuk urusan dunia, kita terbiasa dan sanggup untuk urusan sementara. Tapi kita resah Ketika berlama-lama membaca al-qur’an, gelisah berlama-lama dalam rakaat shalat tak betah jika urusan tentang akhirat.

Padahal banyak fadilah atau keuntungan yang didapat jika kita melakukan kebaikan. salah satu fadilah Puasa bisa menyehatkan, shalat tahajud bisa menaikkan derajat dan pangkat, shalat fajar mendapatkan dunia dan isinya, shalat dhuha bisa menambah rizki, dan hal-hal kebaikan lainnya, yang keuntungannya tidak bisa terhitung.

Demikian sebaliknya, betapa ruginya jika modal kita hanya dunia. Padahal dunia yang kita singgahi hanya sementara, terminal tempat singgah. Tujuan utamanya adalah akhirat.

Hadirin Rahimakumullah

Mukmin yg dicintai Allah Ta’ala selalu meyakini apa yg ditakdirkan Allah Ta’ala adlh yg terbaik, Ketika kita mencari akhirat niscaya dunia akan mendatangi. Inilah buah ketakwa’ an yg selalu menjadikan akhirat sebagai target hidupnya.

Mukmin yg istimewa adlh sosok yg hidupnya selalu terobsesi tuk meraih kebahagiaan akhirat. Sa’at rezeki melimpah dia tetap konsekuen dlm jalur taqwa & dikala diuji dengan berbagai kesulitan hidup imannya tetap membara untuk mencari kebahagiaan hakiki. Kondisi dunia dengan segala perhiasan indahnya tak menggoyahkan kekuatan imannya tuk selalu memprioritaskan akhiratnya

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda;

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

“Barangsiapa ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah akan cerai- beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran di depan matanya, & ia tdk mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yg telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yg ambisi terbesar nya adlh akhirat, Allah akan memudah kan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, & dunia akan mendatanginya dlm ia tdk menyangka nya”

Kecintaan pada dunia hendaknya tetap dlm level biasa yg tak ternoda dgn berbagai perilaku, ucapan, sikap yg membuat berpaling dari misi hidup sesungguhnya yakni terminal akhirat. Dia mensikapi dunia dgn bijak & lebih percaya dgn apa² yg ada di sisi Allah Ta’ala. Rasa keimanannya serta kehebatan tawakal nyalah yg membuat nya selalu membutuh kan Allah Ta’ala dlm segala situasi & tempat

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “Semakin cinta manusia terhadap dunia semakin malas dari keta’atan dan amal akhirat sesuai dengan kadarnya.”

Semoga Allah menanamkan rasa cinta kita lebih mendalam terhadap akhirat dibandingkan dunia, sehingga kita bisa istiqamah dalam menjalankan segala perintah-perintah-Nya.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ

 ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

Tiga Golongan Manusia // Khutbah Singkat

Oleh : Jamal Fauzi, S.PdI

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔوا۟ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا۟ ٱلْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا۟ مَا عَلَوْا۟ تَتْبِيرًا

.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam kepada Rasulullah menjadi dua hal yang penting untuk mengawali majelis ini. Hal penting selanjutnya adalah berwasiat takwa yang menjadi kewajiban bagi khatib untuk senantiasa sampaikan kepada jamaah wabil khusus kepada khatib pribadi.

Oleh karena itu mari kita tingkatkan dan kuatkan ketakwaan kita kepada Allah swt sebagai wujud penghambaan kita kepada-Nya yang menumbuhkan rasa takut pada diri kita untuk melanggar perintah-perintah-Nya. Kuatnya ketakwaan juga bisa diukur dari kemampuan kita menjalankan seluruh perintah Allah swt. Takwa akan menjadikan kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung dan masuk ke dalam surga Allah swt. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Naba 31:

اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًاۙ

Artinya: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (ada) kemenangan (surga)”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Di antara tanda-tanda orang yang bertakwa telah disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 3:

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,”

Hadirin Rahimakumullah

Kurang lebih baru dua pekan kita meninggalkan moment special bagi kaum muslimin, yaitu bulan Ramadhan. Dikatakan bulan special diantaranya adalah didalam bulan tersebut menjadi madrasah kita untuk memperbaiki kualitas ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. Karena disana amalan dilipatgandakan pahalanya, dan menjadikan kita hidup lebih berkualitas di bulan lainnya.

Jika bulan special masih ada yang mengabaikannya, maka kita termasuk golongan orang yang merugi. Lalu bagaimana kualitas kita setelah bulan Ramadhan berakhir? Mari kita simak penjelasan Imam Hasan Al-Bashri RA. Mengatakan Ada tiga golongan Manusia yang secara umum :

Pertama, فَرَجُلٌ كالغِذَاءِ : لا يُستَغنَى عنه

Orang yang Seperti makanan, Selalu dibutuhkan. Jika kita termasuk golongan yang pertama ini, kita merasa selalu dibutuhkan oleh orang lain. Yang memiliki ilmu, nasehat-nasehatnya dibutuhkan. Menjadi motivasi untuk menyemangati orang lain. Ide-ide dan pemikiran untuk kepentingan orang lain. Yang memiiki tenaga, yang memiliki harta selalu dibutuhkan orang lain karena selalu membantu sesama. Sehingga ilmunya, tenaganya, pikirannya, hartanya, dan lainnya dijadikannya sebagai medan kebaikan dan ladang pahala di dunia untuk bekal akhirat.

Golongan kedua adalah ورَجُلٌ كالدَّوَاءِ : لا يُحتَاجُ اليه الَّا حِينًا بعد حِينٍ

Orang yang seperti Obat, Hanya terkadang dibutuhkan. Golongan kedua ini tingkat keikhlasanya belum maksimal sehingga masuk di level ‘am (umum) atau kebanyakan orang. Sehingga kebutuhannya hanya diperlukan disaat orang lain membutuhkan.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

golongan terakhir adalah ورَجُلٌ كَالدَّاءِ : لايُحتَاجُ اليه ابَدًا

Orang yang seperti penyakit, tidak pernah dibutuhkan selamanya.

Orang yang termasuk pada golongan ketiga ini adalah orang yang selalu menyakiti perasaan orang lain. Perkataannya yang menyakiti orang lain. Perbuatannya yang merusak kebahagiaan atau fasiltas orang lain. Serta perilaku dan perangainya yang tidak mencerminkan sosok pengayom, pembimbing dan pemberi kebaikan kepada orang lain. Sehingga keberadaannya tidak diharapkan sama sekali.

Hadirin siding Jumat yang berbahagia.

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Allah SWT berfirman:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda : “Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih).

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia.

Demikianlah 3 Golongan manusia menurut Imam Hasan Al-Bashr RA. Semoga kita termasuk golongan pertama yang selalu dibutuhkan orang lain, Selalu bermanfaat bagi orang lain sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang bertakwa.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ مَنَّ عَلَيْنَا بِشَرِيْعَةِ الْإِسْلَامِ، وَبِتَيْسِيْرِ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَشْهَدُ ألَّا إلهَ إلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُوْ الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى الله وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِمْ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

فَقَالَ تَعَالىَ اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

اللهم أعِزَّ الإسلامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللهم أعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللهم أعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًا، وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ،

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Akhir Sebuah Ramadhan (Kemenangan Hakiki) // Khutbah Idul Fitri 1445 H

Oleh : Jamal Fauzi

اَللهُ أكبر ×9 لا الهَ الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد،الله أكبر، هذَا الْيَوْمُ يَوْمُ الْعِيْدِ، جَعَلَ اللهُ الْعَوْدَ وَالصُّعُوْدَ إِلَى مَرْضَاتِ اللهِ الْمَحْبُوْبِ. اللهُ أكبر، اَلَّذِىْ قَدْ أَوْجَبَ فِيْهِ لِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ زَكَاةَ الْفِطْرِ تَزْكِيَّةً لِلنَّفْسِ وَتَنْمِيَةً لِعَمَلِهَا الْمَرْغُوْبِ. اَللهُ أكبر. الَّذِىْ جَعَلَ يَوْمَ عِيْدِ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ وَسُرُوْرًا لَهُمْ بِجِهَادِ أَنْفُسِهِمْ وَقْتَ الصِّيَامِ الْمَغْلُوْبِ. أَحَلَّ اللهُ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ الصِّيَامَ الْمَسْلُوْبَ.

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا بِاتِّبَاعِ النَّبِيِّ الْمُرْسَلِ تَبْشِيْرًا وَتَنْذِيْرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إلَهَ إِلَّا اللهُ الَّذِىْ جَعَلَ الْجَنَّةَ ضِيَافَةَ الْكُبْرَى وَلَهُ الْآمِرُ بِالتَّوْبَةِ الصَّادِقَةِ بَاطِنًا وَظَاهِرًا. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْآمِرُ لِأُمَّتِهِ عَنِ التَّحَافُظِ قَبِيْحًا وَزُوْرًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا لِبَعْضِهِمْ ظَهِيْرًا. اَمَّا بَعْدُ :

اُوْصِيْنِىْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَقَدْ خَابَ مَنْ طَغَى. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

 

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Mengawali khutbah di hari yang bahagia ini, khatib senantiasa mengajak untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah. Kita dapat berkumpul dan datang berbondong-bondong, di masjid ini, tempat ibadah yang mulia ini. Kenapa hal ini wajib kita  syukuri? Karena masih banyak tetangga kita bahkan saudara kita yang tidak bisa ikut berkumpul melaksanakan Idul Fitri 1445 H ini, karena kesibukan bekerja, atau uzur karena sakit, dan mungkin ada juga yang lalai dengan kesengajaan tidak mau mengikuti hari raya ini.

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Shalawat dan salam mari selalu kita sampaikan kepada Rasullah Muhammad SAW. Karena atas jasa dan perjuangan dari Nabiullah itu, kita dapat merasakan betapa nikmat dan indahnya hidup dalam agama Islam. Maka itu, mari kita hiasi hari-hari kita dengan  selalu bersholawat kepada Rasulullah SAW.

Bagi kita yang menghiasi hari-hari dengan Shalawat maka Allah berjanji akan mengampuni segala dosa dan kesalahan, menerima doa yang dipanjatkan, melapangkan rezeki dan tentuanya mendapakan syafaat dari Rasullah di hari akhir nantinya.

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Sebagai orang yang beriman,  bertaqwa kepada Allah merupakan kewajib yang mesti dilaksanakan. Wujudnya menjalankan segala amal shaleh yang ditetapkan Allah dan Rasulnya. Karena dalam kehidupan abadi di akhirat kelak, tidak ada yang bermanfaat bagi kita kecuali takwa dan amal saleh.

Untuk itu, saya berwasiat kepada diri khatib pribadi dan hadirin semua agar senantiasa berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh larangan. Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (Q.s. Ali Imran :102)

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Bulan Ramadhan, disebut bulan pengampunan dan ladang amal serta pahala bagi kita yang melaksanakan ibadah di dalamnya. Karena Ramadhan, Pahala dilipatgandakan dan karena Ramadhan do’a-do’a dikabulkan. Maka sangatlah merugi orang-orang yang tidak menjalankan rangkaian Ramadhan dari awal hingga akhir Ramadhan.

Di bulan-bulan biasa kita sering lalai dalam ibadah, sering melakukan maksiat dan sering melakukan dosa-dosa. Lebih suka scroll HP disbanding lembaran mushaf, lebih bangga bukber disbanding I’tikaf, lebih senang ngabuburit dibanding zikir.

Bukankah setiap kita, mengharapkan bonus dari atasan atas kinerja kita? Sering pula kita mengharap diskon dari setiap pembelanjaan jual beli kita? Ramadhan bulan bonus, sekaligus diskon besar-besaran langsung dari penguasa alam yang maha kaya, Allah SWT. Bulan Ramadhan sebagai hadiah terindah dan teristimewa dari Allah SWT untuk kita, orang-orang pilihan, orang-orang beriman. Maka sangat merugi bahkan rasul mengatakan sangat celaka bagi orang yang mengabaikannya.

Tidak ada tarawih dibulan lain, tidak ada lailatul qadr dibulan lain, Tidak ada pahala dilipatgandakan dibulan lain.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Ramadhan juga merupakan bulan pendidikan bagi kita atau disebut Madrasah ramadhan. Dalam Madrasah Ramadhan, kita tidak hanya dididik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah Ta’ala. Tapi juga dilatih untuk memperbaiki hubungan dengan sesama manusia dan bahkan sesama makhluk dialam dunia.

Pada hari ini, di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan. Kita rayakan keberhasilan dalam menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan dalam mengalahkan tipu daya setan. Kita rayakan kemenangan karena telah melewati Ramadhan dengan berbagai ibadah dan kebaikan. Di hari raya ini, kita juga semestinya merayakan kelulusan dari Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Wujud dari perayaan tersebut diatas adalah dengan selalu mengucapkan takbir, tahmid, dan tahlil. Kerena semua itu tidak lepas dari karunia dan pertolongan Allah Ta’ala.

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Perlu kita ingat dan pahami dan pertanyakan juga Sebaliknya, jika keluar dari Madrasah Ramadhan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya pada hari? Sejatinya pula, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?

Oleh karena itu, hadirin sekalian, marilah kita bermuhasabah. Kita introspeksi dan evaluasi diri kita. Apakah kita telah layak merayakan kemenangan di hari raya ini?

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Ramadhan tiada lain adalah salah satu madrasah yang menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yaitu pribadi yang memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. setidaknya ada 5 pelajaraan yang bisa kita petik, diantaranya :

Pertama, takwa. Tujuan utama dari puasa adalah la’allakum tattaquun. Artinya, puasa Ramadhan diwajibkan agar menjadi wasilah bagi kita untuk meraih dan dan bahkan meningkatkan ketakwaan. Ketika tahun lalu di level puasa awam, berpuasa menahan lapar dan dahaga serta kemaluan semata. Ditahun ini kita meningkatan puasa ke level khawas, bukan hanya syahwat makan, minum dan dan menjaga kemaluan, akan tetapi mata berpuasa sehingga tidak melihat yang haram. Lisan berpuasa sehingga tidak mengucapkan perkataan yang diharamkan.

Begitu pula, hidung, telinga, tangan, kaki dan seluruh anggota badan ikut berpuasa sehingga tidak melakukan perkara-perkara yang diharamkan. Bahkan jika mampu tahun ini naik ke level tertinggi yaitu puasa khawasul khawas, sebagaimana puasanya para salafus shalih, hati juga ikut berpuasa. Puasanya hati adalah mencegahnya secara total dari pikiran-pikiran duniawi dan segala hal selain Allah Ta’ala.

Kedua, sabar. Di Madrasah Ramadhan, kita dilatih dan dididik untuk bersabar. Dengan berpuasa, kita belajar sabar dengan tiga jenisnya sekaligus: sabar dalam melakukan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi musibah. Selama Ramadhan, kita bersabar dalam melakukan shalat-shalat fardlu maupun sunnah, sabar dalam membaca Al-Qur’an, sabar dalam beri’tikaf di masjid dan sabar dalam menjalankan berbagai amal kebaikan yang lain. Serta sabar dalam menghadapi ujian yang dating kepada kita berupa musibah atau kekurangan harta.

Ketiga, mujahadah. Puasa mengajarkan kepada kita untuk melakukan mujahadah, yaitu berjuang menghadapi hawa nafsu dan godaan setan dalam berbagai bentuknya.

Keempat, mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa maka janganlah bersikap keji dan jangan bertindak bodoh, jika ada orang yang mengganggunya atau mencacinya maka hendaklah ia berkata: aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa”(H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Kelima, menjaga persatuan, kebersamaan dan saling tolong menolong serta berempati kepada orang yang membutuhkan. Madrasah Ramadhan mengajarkan kepada umat Islam untuk bersatu dan saling tolong menolong. Shalat tarawih berjamaah, tadarus Al-Qur’an bersama, berbuka puasa bersama di waktu yang sama, berbagi takjil di jalanan, i’tikaf bersama di masjid, kegembiraan menyambut hari raya yang sama, itu semua adalah jembatan yang menghubungkan antar hati yang sebelumnya mungkin saling membenci, perekat antar jiwa yang sebelumnya mungkin saling memusuhi serta wasilah yang mendekatkan antar warga yang sebelumnya mungkin saling menjauhi. Lalu zakat di akhir Ramadhan adalah perwujudan dari semangat saling tolong menolong dalam kebaikan dan membantu saudara- saudara sesama muslim yang membutuhkan.

Itulah lima poin  di antara sekian banyak pelajaran dari Madrasah Ramadhan. Jika seluruh pelajaran itu sudah berhasil kita terapkan di bulan Ramadhan, marilah kita mempertahankannya setelah kita meninggalkan Ramadhan. Jika kelima pelajaran itu telah menghiasi diri kita baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan, sungguh kita termasuk orang-orang yang mulia menurut Allah Ta’ala. Alangkah indah dan bahagianya kita jika telah menjadi pribadi yang bertakwa, ikhlash dalam menjalankan ketaatan, selalu bersabar, kuat menundukkan hawa nafsu dan mengalahkan godaan setan, mampu menjaga lisan, dapat mengendalikan amarah dan tidak membalas keburukan dengan keburukan, menjaga persatuan dan kebersamaan dengan saudara sesama muslim, senantiasa menyambung silaturahim, memperbanyak sedekah serta selalu mengingat kematian dan kehidupan akhirat. Lebih dari itu apalagi yang kita inginkan?

Dengan menerapkan 5 pelajaran itu secara istiqamah, kita telah menjadi hamba yang diridhai Allah dan kelak kita akan meraih kebahagiaan yang sejati, hakiki dan abadi di akhirat.

Akhirnya kita berdoa mengharap puasa kita, merupakan puasa yang paling berkualitas dari puasa Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Ya, Allah yang maha pengabul doa, Kabulkan doa kami, puasa kami, shalat kami, tarawih kami, tadarus dan tahajjud kami. Semoga puasa kami dijadikan sayap-sayap agar bisa melewati siratal mustaqin yang penuh dengan kengerian dan menakutkan. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahiim, haramkan tubuh kami yang lemah ini masuk ke dalam nerakamu yang mengerikan, dan memasukkan kami ke jannahmu tanpa hisab.

 

اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

Kaum muslimiin Jemaah Idul Fitri yang berbahagia.

Demikian khutbah Idul Fitri pada pagi hari yang penuh keberkahan ini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan dan kekuatan untuk mengamalkan berbagai pelajaran dari Madrasah Ramadhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan mudah-mudahan kita diberikan panjang umur serta dipertemukan kembali dengan Ramadhan pada tahun yang akan datang.

 

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم , فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

 

 

اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

AKIBAT MEREMEHKAN

التهاون

كان رجلان يشتغلان في صنع سفينة فوجدا دودة في

قطعة خشب صغيرة وأراد أحدهما أن يرميها فلم يرض زميله وقال ” إنها خشبة صغيرة لاتأثير لها في بناء

السفينة وفي رميها خسارة علينا” فأدخلت الخشبة وتمت

السفينة وصارت تغدو وتروح في البحر بسلام.

وبعد سنين قليلة ولدت الدودة ديدانا كثيرة أكلت قلب

الخشبة حتى نخرتها وسرت فيما جاورها من الخشب

حتى وهن وصادف السفينة نوء شديد خرمها خرما

صغيرا دخل منه الماء ثم اتسع الخرم حتى لم يستطع

الملاحون تصريف الماء الداخل في السفينة فتثاقلت

وغرقت بما فيها من الأموال والأنفس.

ولاشك أن هذا الخرم لم ينشأ إلا من تلك الخشبة

الصغيرة التي كانت فيها الدودة ولورميت عند ما ظهر

عيبها لما حصلت هذه المصيبة المحزنة فإن العمل

الصغير كثيرا ما يأتي بنتائج يكون لها تأثير كبير

إن الأمور دقيقها مما يهيج له العظيم

Artinya :
Dikisahkan, ada dua orang laki-laki yang sedang sibuk membuat kapal, kemudian keduanya menemukan rayap pada sepotong papan yang kecil dan salah satu diantara mereka ingin membuang nya, tetapi temannya yang lain tidak memperbolehkannya dan Ia berkata : “Sesungguhnya itu hanyalah papan kecil yang tidak ada pengaruhnya dalam pembuatan kapal ini dan jika kita membuangnya itu merupakan suatu kerugian bagi kita. Maka dipasanglah papan kecil itu sehingga kapal itu bisa menjadi sempurna dan bisa berlayar di laut siang dan malam dengan selamat.
Tetapi setelah beberapa tahun kemudian, rayap itu berkembang biak menjadi yang banyak, yang memakan inti dari papan itu sampai melubanginya. Dan rayap-rayap itu mengeroposi sekitarnya sehingga papan itu menjadi lemah/rusak.
Suatu hari, berhembuslah angin topan yang sangat dahsyat yang mengakibatkan adanya lubang kecil, sehingga air bisa masuk ke dalamnya. Lama-kelamaan lubang itu menjadi semakin luas, sehingga para pelaut tidak bisa mengeluarkan air yang masuk ke dalam kapal itu. Maka menjadi semakin berat dan tenggelamlah kapal itu bersama dengan harta dan para penumpang yang ada di dalamnya.
Dan tidak diragukan lagi bahwa lubang ini tidak terjadi kecuali karena papan kecil yang didalamnya ada rayapnya. Jika sekiranya papan itu dibuang sejak nampak cacatnya, maka pastilah tidak akan terjadi musibah yang menyedihkan ini. Sesungguhnya perbuatan kecil itu seringkali menyebabkan sesuatu yang mengakibatkan dampak yang besar. Setiap perkara itu harus diperhatikan secara mendalam dari segala kemungkinan yang bisa mengakibatkan hal-hal yang besar.
Hikmah :
1. Berpikirlah sebelum berbuat sesuatu
2. Jangan meremehkan hal-hal yang kecil, karena bisa berakibat sesuatu yang besar.
Sumber : Qiroaturrosyidah

Khutbah Singkat “Tahun Baru, Tahun Muhasabah” 12 Januari 2024

إِنَّ الْـحَمْدَ ِلِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْـهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدً﴿٧٠﴾يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. والْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ قُلْ  اِنَّ  الْمَوْتَ  الَّذِيْ  تَفِرُّوْنَ  مِنْهُ  فَاِ نَّهٗ  مُلٰقِيْكُمْ  ثُمَّ  تُرَدُّوْنَ  اِلٰى  عٰلِمِ  الْغَيْبِ  وَا لشَّهَا دَةِ  فَيُنَبِّئُكُمْ  بِمَا  كُنْتُمْ  تَعْمَلُوْنَ

 

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Sehat wal’afiat terutama nkmat iman dan Islam kepada kita sehingga kita bisa berkumpul di masjid ini dalam rangka melaksanakan shalat jumat sebagai kewajiban. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, saudaranya, sahabat hingga kepada kita yang masih setia mengikuti sunnahnya.

Mengawali khutbah Jumat di siang hari yang penuh berkah ini, khatib mengajak kepada diri khatib khususnya dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan, takwa dalam arti yang sesungguhnya ialah melaksanakan segala perintah Allah ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga sepanjang usia kita, dapat meringankan beban kita di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala di hari kiamat kelak.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala

Diawal bulan ini, terutama malam tanggal 30 desember malam hari, hingar bingar sukacita terdengar memekakkan telinga. Diberbagai media baik online maupun konvensional dibuat sibuk untuk acara satu malam tersebut, untuk menyambut malam tahuh baru. Bahkan dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkan dengan berbagai cara agar malam itu menjadi malam istimewa baginya. Jutaan kembang api dihabiskan, ratusan pesta di gelar; sehingga Pemborosan, kesia-siaan dan bahkan malapetaka sering menghampiri acara tersebut.

Padahal, waktu yang tepat untuk mengisi acara tahun baru bagi seorang muslim adalah introspeksi atau muhasabah diri. Berapa banyak dosa yang telah dilakukan tahun sebelumnya dan akankah tahun depan lebih baik dari tahun kemarin? jika kita jeli memandang, hari demi hari, tahun demi tahun bertambahnya angka usia merupakan mengurangnya umur, dan tentu saja semakin dekatnya kematian menghampiri kita. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ  اِنَّ  الْمَوْتَ  الَّذِيْ  تَفِرُّوْنَ  مِنْهُ  فَاِ نَّهٗ  مُلٰقِيْكُمْ  ثُمَّ  تُرَدُّوْنَ  اِلٰى  عٰلِمِ  الْغَيْبِ  وَا لشَّهَا دَةِ  فَيُنَبِّئُكُمْ  بِمَا  كُنْتُمْ  تَعْمَلُوْنَ

“Katakanlah, Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah 62: Ayat 8)

Hadirin Rahimakumullah..

Ketika ajal datang,  tidak ada yang bisa menghindar sedetik pun darinya. Kematian tidak dapat dipercepat ataupun diperlambat walaupun seseorang lari darinya.

Sesungguhnya kehidupan yang abadi akan ada setelah kematian. Kehidupan abadi hanya akan kita jalani dengan dua pilihan, surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan bagi orang yang taat menjalankan perintah-Nya. Atau, neraka yang penuh azab dan siksaan bagi orang yang gemar bermaksiat kepada-Nya.

Perjalanan kehidupn kita selanjutnya adalah di kubur atau alam barzakh, padang mahsyar, miizan, maupun shirath. Perjalanan kita tersebut  berakhir ketika Allah  memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Nabi Muhammad  Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang bisa melampui umur tersebut.” (H.R. Ibnu Majah).

Hadirin rahimakumullah,..

Persiapan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian yang begitu Panjang tentu memiliki konsekswensi yang berat, sulit dan melelahkan. Kita tidak bisa ikut dengan pesta kebanyakan orang, kita menyendiri tafakur mengingat dosa yang dilakukan, dan berlelah melakukan ibadah. Tapi yakinlah bahwa lelahnya dalam urusan akhirat akan diganjar dengan kenikmatan yang tiada tara, sampai-sampai kita lupa dengan sakit dan lelahnya waktu didunia.

Sebaliknya, mereka yang mengisi kesenangan dunia dengan pesta pora dan kesia-siaan yang sudah barang tentu itu adalah kemubaziran akan diganjar oleh Allah diakhirat dengan siksa yang pedih, sampai-sampai dia lupa dengan kesenangan sewaktu di dunia.

Semoga, dalam khutbah singkat ini kita bisa merenungkan dan introspeksi diri kita agar bisa terhindar dari hal-hal kesia-siaan dan kemubaziran yang menjerumuskan kepada api neraka. Sehingga persiapan untuk menghadapi hari kematian menjadi indah dan menyenangkan bukan ketakutan dan menyengsarakan karena kematian adalah suatu kepastian.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Khutbah kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: تَبٰرَكَ الَّذِىۡ بِيَدِهِ الۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرُۙ اۨلَّذِىۡ خَلَقَ الۡمَوۡتَ وَالۡحَيٰوةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ اَيُّكُمۡ اَحۡسَنُ عَمَلًا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡغَفُوۡرُۙ

 إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ.

 اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ   عٍبَادَ اللهِ،

 إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Oleh : Jamal Fauzi

Kisah Rasulullah dan Jeruk Asam

Jeruk Asam

Alkisah, suatu hari saat Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan beberapa sahabatnya, datanglah seorang wanita membawa beberapa biji buah jeruk sebagai hadiah. Rasulullah SAW menerimanya dengan senyuman gembira. Lalu mulailah jeruk itu dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tersenyum, sebiji demi sebiji hingga habislah semua jeruk tersebut.

Maka ketika wanita itu meminta izin untuk pulang, maka salah seorang sahabat segera bertanya mengapa tidak sedikit pun Rasulullah menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun menjawab: “Tahukah kamu, sebenarnya buah jeruk itu terlalu asam sewaktu saya merasakannya pertama kali. Kalau kalian turut makan, saya takut ada di antara kalian yang akan mengernyitkan dahi atau memarahi wanita tersebut. Saya takut
hatinya akan tersinggung. Sebab itu saya habiskan semuanya.”

Akhlak yang agung seperti ini tidak dapat dipoles di permukaan, tetapi semata-mata karena ada cahaya ikhlas yang sudah tertanam di dalam hati. Sikap dan perilaku adalah cerminan hati. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda:

“Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, ‘Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah’, lalu Allah berfirman, ‘(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku”

–Dalam Kitab Al-Hikam,

Kisah Pemabuk dan Syekh

Syekh

Suatu ketika Syekh Abdul Qodir al-Jaelani seorang Wali,bersama para muridnya sedang melakukan perjalanan . Di tengah perjalanan, Syekh Abdul Qodir al-Jaelani bertemu dengan salah seorang pemabuk yang sedang mabuk berat.

Tak diduga, pemabuk tersebut menghentikan perjalanan rombongan Syekh Abdul Qodir al-Jaelani, ia lalu mengutarakan tiga pertanyaan yang membuat Syekh Abdul Qodir al-Jaelani sendiri pun kaget.

Wahai Syekh, apakah Allah mampu mengubah pemabuk sepertiku menjadi ahli taat?” tanya si Pemabuk.

Tentu mampu, Allah Mahakuasa.” ujar Syekh Abdul Qadir al-Jalani menjawab.

Kemudian si pemabuk bertanya lagi, “Apakah Allah mampu mengubah ahli maksiat sepertiku menjadi ahli taat setingkat dirimu?”

Dengan penuh kasih sayang Syekh Abdul Qadir al-Jaelani menjawabnya, “Sangat Mampu, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Si pemabuk bertanya kembali, “Apakah Allah mampu mengubah dirimu menjadi ahli maksiat sepertiku?”

Mendengar pertanyaan ketiga, seketika itu Syekh Abdul Qadir al-Jaelani menangis tersungkur dan bersujud kepada Allah.

Murid-murid Syekh Abdul Qadir al-Jaelani pun penasaran dan kebingungan. Lalu mereka memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Tuan Syech, apa gerangan yang membuatmu menangis?”

Kemudian Syech Abdul Qadir al-Jaelani menjawab pertanyaan muridnya dengan penuh perhatian dan hati tergetar, “Betul sekali si pemabuk itu. Pertanyaan terakhir yang menyebabkanku menangis karena takut kepada Allah. Kapan saja Allah mampu mengubah nasib seseorang termasuk diriku. Siapa yang bisa menjamin diriku bernasib baik, meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Pertanyaan itu pula yang mendorongku untuk bersujud dan berdoa kepada Allah agar tidak menjadikanku merasa aman terhadap rencana Allah. Semoga Allah memelihara kesehatanku dan menutupi aibku.

Mengingatkan kita agar tidak mudah merasa aman dengan amal yang kita miliki, tidak merasa punya ilmu yang kita miliki, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang Ia kehendaki termasuk mengubah seseorang kapanpun dan di mana pun Ia berkehendak.

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu.”

Inilah kisah pertemuan Syekh Abdul Qadir jaelani dengan seorang pemabuk, sekelas beliau saja sangat khawatir dengan dirinya dan tidak pernah bangga dengan maqam kewaliannya. Bagaimana dengan kita yang belum jelas kedudukannya di sisi Allah?

Wallahu a’lam.

Adab diatas Ilmu

Santri PMDH

Oleh : UJe

Kisah perjuangan para ulama dalam menuntut ilmu memang
dahsyat, ajaib. Membuat kita bergeleng-geleng kepala keheranan. Jika tidak termaktub di kitab-kitab yang otentik, mungkin akan banyak orang yang tidak percaya.

Imam Malik rahimahullah mengorbankan apapun yang dimilikinya
untuk biaya belajar. Bahkan sebagaimana dituturkan Ibn al-Qasim; salah satu muridnya, Imam Malik pernah hingga menjual atap rumahnya. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa dijual.

Dalam Târîkh Baghdâd diceritakan bahwa Tsa’lab rahimahullah
belajar Nahwu dan Bahasa Arab dari Ibrahim al-Harbiy selama lima
puluh tahun. Ajaibnya dalam kurun waktu panjang tersebut, beliau
tidak pernah absen walaupun hanya sekali!

Dan masih banyak lagi para ulama yang belajardengan sungguh-sungguh sampai mengorbankan jiwa raga serta hartanya untuk menuntut ilmu.

Secara fisik mungkin terasa sakit. Namun penderitaan fisik itu
terkalahkan dengan perasaan nikmat dalam hati. Ya, mereka menikmati proses tersebut. Sehingga penderitaan fisikpun terabaikan.

Para ulama telah mencintai ilmu sepenuh hati. Sehingga apapun
mereka korbankan untuk meraihnya. Mereka menyadari betul betapa berharganya ilmu. Sehingga seluruh umur dan tenaga serta harta,  mereka manfaatkan untuk mengejar ilmu.

Inilah yang belum dimiliki oleh kebanyakan kita. Mencintai,
memuliakan dan menghormati ilmu.

Akibatnya belajar agama dijadikan sebagai beban berat yang
menjemukan. Merasa lebih nyaman bermain bola, dibandingkan duduk menghapal al-Qur’an. Lebih suka bermain HP, dibanding menghadiri pengajian. Membaca komik dan buku cerita berjam-jam tahan, namun membaca baru beberapa halaman al-Qur’an sudah terasa bosan.

Dari sini kita bisa memahami, mengapa para ulama dahulu
mengarahkan murid-muridnya untuk belajar adab terlebih dulu,
sebelum belajar ilmu. Sebab yang perlu dipersiapkan pertama kali
adalah hati kita.

Oleh : Jamal Fauzi
Wakil Direktur KMI – Kepsek SMA Nusantara Unggul
dinukil dari kitab Khulasah Ta’zhim Ilmi

GHIBAH yang dilarang dan yang di bolehkan

Sahabat Wardah, Lidah memang tak bertulang. Sangat ringan. Saking ringannya, mudah bagi kita untuk mengucapkan apapun; seperti memberi kabar baik, berdialog, menghibur dan hal baik lainnya atau bahkan mencela, menghina, menghakimi dan menceritakan hal buruk lainnya. Namun bagi muslim yang beriman, Ia tidak menganggap enteng dan menghina seorang pun. Karena seorang Muslim adalah saudara untuk Muslim lainnya. Ia tidak merendahkannya dan tidak menghina saudara-saudaranya sesama kaum Muslimin.

Di era digitalisasi saat ini, Ghibah atau menggunjing orang bukan hanya melalui lidah saja, dengan “jempolpun” yang bertulang itu menjadi ringan bagi orang yang terbiasa dengan ungkapan dan celaan menghina atau bahkan sekedar cerita yang sebenarnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Mereka menjawab: “Allah dan RasulNya yang lebih tahu.” Beliau bersabda: “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu ditanyakan kepada beliau: “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda: “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya (berbuat buhtan).”
(HR. Muslim).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوا  اجْتَنِبُوْا  كَثِيْرًا  مِّنَ  الظَّنِّ  ۖ اِنَّ  بَعْضَ  الظَّنِّ  اِثْمٌ  وَّلَا  تَجَسَّسُوْا  وَلَا  يَغْتَبْ  بَّعْضُكُمْ  بَعْضًا  ۗ اَ  يُحِبُّ  اَحَدُكُمْ  اَنْ  يَّأْكُلَ  لَحْمَ  اَخِيْهِ  مَيْتًا  فَكَرِهْتُمُوْهُ  ۗ وَا تَّقُوا  اللّٰهَ  ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  تَوَّا بٌ  رَّحِيْمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)

Namun ada pula Ghibah yang diperbolehkan, apa saja itu?

6 SEBAB DIBOLEHKAN GHIBAH

  1. Seseorang yang didzalimi

Ia boleh untuk melaporkan kepada penguasa atau ke seorang hakim atau selain keduanya yang mempunyai kekuasaan dan kemampuan untuk mengembalikan atau memberikan keadilan kepadanya. Maka ia menyebutkan contohnya, bahwasanya fulan telah mendzalimi aku, berbuat demikian kepadaku, mengambil dariku atau sejenis perkataan ini.

  1. Berusaha untuk merubah kemungkaran dan mengembalikan seorang pelaku maksiat kepada jalan kebenaran

Contohnya ia mengatakan kepada orang yang mampu untuk menghilangkan kemungkaran tersebut dengan mengatakan, “Fulan (ia menyebutkan namanya) melakukan demikian, maka laranglah ia dari perkara tersebut” atau seperti perkataan ini dan tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkaran tersebut. Jika tujuannya bukan demikian maka ia tidak boleh untuk melakukannya.

  1. Meminta fatwa

Meminta fatwa dengan cara ia berkata kepada seorang Mufti, contohnya “Bapakku mendzalimi aku atau saudaraku atau orang lain, bolehkah ia melakukan tersebut atau tidak dan apa caraku agar aku bisa selamat dari perkara ini?” atau sejenisnya atau boleh juga seorang suami mengatakan istriku melakukan demikian atau sebaliknya suamiku melakukan demikian, maka ini boleh karena ada kebutuhan. Namun yang lebih hati-hati jika seseorang ketika bertanya cukup mengatakan, “Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang demikian atau seorang suami atau seorang istri yang melakukan hal demikian.” Karena apabila tujuan telah tercapai tanpa menyebut nama maka ini dibolehkan. Namun juga jika dia menyebut nama ini juga dibolehkan. Hal ini berdasarkan hadits Hindun ketika dia melaporkan kepada Rasulullah:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ…

“Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan (suaminya Hindun), ia adalah seorang yang pelit.”

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak melarangnya.

  1. Memperingati kaum Muslimin dari satu keburukan atau menasehati mereka

Diantaranya yaitu menyebutkan cela seorang perawi hadits atau seorang saksi. Ini dibolehkan berdasarkan konsensus atau ijma’ kaum Muslimin bahkan ini wajib karena ada kebutuhan. Contoh lain dari jenis yang keempat ini yaitu jika seseorang meminta pendapat kepada orang lain jika ia ingin menikahkan putrinya atau anaknya atau saudarinya atau ingin membangun bisnis dengan seseorang atau ingin menitipkan barang atau sejenisnya maka wajib bagi orang yang diminta pendapatnya untuk menjelaskan keadaan orang tersebut. Jika tujuan telah tercapai cukup dengan mengatakan tidak baik anda bermuamalah dengan orang tersebut atau tidak baik anda menikahkan keluarga anda dengan orang tersebut atau jangan engkau lakukan perkara ini, jika ini sudah cukup maka tidak boleh ditambahkan dengan menyebut aib-aib orang tersebut yang lain. Namun jika tujuan belum bisa tercapai maka boleh jika dijelaskan secara rinci apa saja aib orang tersebut.

Juga diantara contoh jenis yang keempat ini jika ada seorang yang ingin membeli budak yang dikenal dia sering mencuri atau berzina atau minum khamr atau selainnya, maka wajib bagi kita untuk menjelaskan kepada orang yang ingin membeli budak tersebut jika ia tidak tahu. Namun tidak khusus untuk budak saja, namun semua barang yang ingin dibeli jika ada aibnya, jika ada kerusakannya, wajib untuk dijelaskan kepada seorang pembeli jika ia tidak mengetahuinya.

Contoh lain lainnya, jika kita melihat seorang yang belajar kepada seorang ahli bidah atau orang yang fasik dan kita takut orang tersebut mendapatkan bahaya atau tersesat, maka wajib bagi kita untuk menasehati orang tersebut dengan menjelaskan keadaan orang yang ia datangi. Dan tentu wajib disini kita meniatkan menasehati orang tersebut karena terjadi kesalahan dalam hal ini. Seseorang menyangka bahwasanya dia menasehati padahal dia sebenarnya sedang iri, sedang dengki dan sedang hasad karena ia digoda oleh setan dan ia merasa telah memberikan nasehat. Maka ini perlu untuk kita perhatikan.

Juga contoh lain dari jenis keempat ini yaitu jika ada seorang yang memegang jabatan tertentu namun ia tidak melaksanakan tugasnya dengan baik atau dia seorang yang fasik atau seorang yang lalai. Maka wajib bagi kita untuk melaporkan orang tersebut kepada atasannya untuk mencopot jabatannya atau mengganti dia dengan orang lain yang lebih pantas untuk menduduki jabatan tersebut. Atau ia berusaha menasehati bawahannya dan jika ia tidak mengambil nasehatnya maka ia bisa menggantinya.

  1. Orang yang terang-terangan melakukan perbuatan dosa atau perbuatan bid’ah

Ini seperti orang yang terang-terangan meminum khamr atau merampas harta manusia atau mengambil harta orang lain dengan cara yang dzalim atau melakukan perkara-perkara yang batil, maka ini boleh untuk dighibahi, boleh disebutkan apa yang ia terang-terangan melakukannya. Namun tidak boleh disebutkan dosa-dosa yang ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi kecuali jika ada sebab lain yang telah kita sebutkan sebelumnya.

  1. Ketika seorang menyebutkan ciri tertentu

Contohnya jika ada seorang yang terkenal dengan panggilan “orang yang rabun matanya” atau “orang yang pincang” atau “orang yang tuli” atau “orang yang buta” atau “orang yang pesek” atau “orang yang juling” atau selainnya. Ini boleh dengan tujuan untuk menyebutkan ciri seseorang. Namun tidak boleh kita menyebutkan semua sifat-sifat tadi jika kita mengejek orang-orang tersebut. Dan jika bisa disebutkan ciri yang lain maka itu tentu lebih baik.

Ini adalah enam sebab yang disebutkan oleh para ulama yang dibolehkan ghibah pada enam perkara tersebut, sesuai perkataan Imam Nawawi Rahimahullah.

Oleh : Jamal Fauzi,
dikutip dari berbagai sumber

 

Inilah Cara Terbaik Mencintai Rasulullah

Jika cinta pada Allah, tentu kita cinta pada manusia yang paling dicintaiNya, yakni Rasulullah.

Jika kita cinta pada Rasulullah, tentu kita mencintai hal yang paling beliau cintai, yakni UMATNYA.

Bahkan ketika sakratul maut pun, yang beliau ingat adalah umatnya, bukan keluarganya.

Bahkan di padang mahsyar kelak, ketika semua orang sibuk menyelamatkan diri masing-masing, Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang sibuk mondar-mandir ke sana ke mari untuk menyelamatkan umatnya.

Rasulullah SANGAT RISAU terhadap nasib umatnya. Oleh karena itulah, beliau setiap hari berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar. Karena beliau akan bahagia bila melihat kita masuk surga. Dan beliau akan sangat bersedih bila kita masuk neraka.

Jika kita cinta pada Rasulullah, tentu kita mencintai hal yang paling beliau cintai, yakni BERDAKWAH.

Dulu, sebelum era Rasulullah, dakwah adalah tugas eksklusif para nabi dan rasul saja. Namun sepeninggal Rasulullah, tak ada lagi nabi yang diutus oleh Allah. Sehingga tugas dakwah diteruskan oleh KITA, para pengikut Rasulullah.

Dakwah itu bukan tugas ulama saja, bukan tugas para ustadz saja, bukan tugas para kiyai saja. Dakwah adalah tugas seluruh umat muslim tanpa kecuali.

“Bagaimana mungkin saya berdakwah? Ilmu agama saya masih sangat kurang. Saya bukan lulusan pesantren. Bahkan saya orangnya masih penuh dosa, masih banyak maksiat, ibadah pun sangat kurang.”

Wahai Sahabat! Dakwah itu artinya MENGAJAK, bukan mengajar.

Kalau mengajar, tentu kamu harus punya ilmunya. Untuk mengajar matematika misalnya, kamu harus menguasai ilmu matematika, bahkan mungkin harus lulusan fakultas MIPA jurusan Matematika.

Berdakwah itu bukan mengajar, melainkan MENGAJAK. Untuk MENGAJAK, yang kita butuhkan hanya KEBERANIAN untuk mengajak orang lain.

Ketika kamu mengajak adikmu untuk shalat, maka saat itu kamu sudah berdakwah. Gampang banget, kan?

“Tapi saya orangnya masih penuh maksiat, shalat aja masih bolong-bolong. Malu kalau ngajak-ngajak orang.”

Justru itu. Objek utama dakwah adalah DIRI KITA SENDIRI. Ketika kita mengajak orang lain untuk shalat, sebenarnya kita sedang mengajak dan mengingatkan diri sendiri untuk rajin shalat.

Berdakwah adalah salah satu cara terbaik untuk memperbaiki diri sendiri.

Kita ini tentu bukan nabi. Namun dengan berdakwah, kita menjalankan tugas kenabian. Artinya: Dakwah adalah ibadah yang paling tinggi nilainya. Masya Allah.

Jadi sangat wajar jika orang yang rajin berdakwah, maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya, sebagaimana tertulis pada ayat berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S Muhammad:7)

Para ulama sepakat bahwa arti dari “menolong (agama) Allah” adalah BERDAKWAH.

Artinya: Jika kita berdakwah, maka Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita.

Itu adalah janji Allah. Dan Allah PASTI tidak pernah ingkar janji.

Kita ingin ditolong oleh Allah? Maka salah satu caranya adalah RAJIN BERDAKWAH.